Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa pemerintah Indonesia punya komitmen kuat dalam pengendalian tembakau.
Salah satunya dibuktikan dengan masih dilakukannya pelaksanaan Konferensi Pengendalian Tembakau Indonesia atau Indonesian Conference on Tobacco Control (ICTOH) ke-10.
Budi menyebutkan kalau ICTOH merupakan wadah penting membangun sinergi, lintas sektor menyusul strategi berbasis bukti dengan mengedepankan perlindungan kesejahteraan publik.
“Pemerintah berupaya memperkuat pengendalian tembakau seperti meningkatkan cukai rokok, membatasi iklan rokok, memperluas kawasan tanpa rokok serta mendukung layanan berhenti merokok,” kata Budi dalam sambutannya pada acara ICTOH ke-10 di Universitas Udayana, Bali, secara virtual, Selasa, (27/5/2025).
Konferensi itu diselenggarakan oleh Tobacco Control Support Center (TCSC) Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), serta Udayana Central dan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Tahun ini, tema ICTOH membahas soal “Mengungkap Taktik Industri Produk Tembakau dan Nikotin”, sekaligus memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025 yang jatuh pada 31 Mei mendatang.
Menjawab kebutuhan gerakan itu, Ketua Panitia ICTOH ke-10 dr. Sumarjati Arjoso, SKM, menyampaikan bahwa konferensi ICTOH tahun ini juga menjadi simbol satu dekade perjuangan komunitas pengendalian tembakau melawan dampak adiksi pada anak-anak, remaja yang merupakan generasi penerus bangsa.
Dalam laporannya, Sumarjati menyampaikan kalau industri rokok kian canggih dalam membangun strategi untuk memengaruhi generasi muda agar mengonsumsi rokok.

Strategi itu dilakukan melalui iklan terselubung, sponsorship beasiswa, hadiah, hingg bentuk promosi yang menyesatkan.
Baca Juga: Kisah Para "Gladiator" Forex di Kalangan Anak Muda Indonesia
“Diharapkan masyarakat sadar tentang tipu daya dan taktik-taktik industri rokok untuk menjerat anak muda,” kata Sumarjati.
Konferensi ICTOH berlangsung selama tiga hari, sejak 26-28 Mei 2025. Sumarjati berharap kalau ICTOH tidak hanya menjadi ajang ilmiah, tetapi juga platform strategis untuk mendorong kebijakan yang progresif seperti pelarangan total iklan rokok, kenaikan cukai tembakau, penyediaan layanan berhenti merokok, dan pelindungan ruang publik dari asap rokok.
Sementara itu Direktur Vital Strategies Asia Pacific, Dr. Tara Singh Bam menyebutkan kalau upaya kolektif sangat penting dalam mempromosikan kebijakan yang melindungi kesehatan masyarakat.
Tara berharap ada usaha yang memastikan lingkungan 100 persen bebas asap rokok dengan mendukung perokok berhenti merokok dan menyediakan layanan penghentian yang mudah diakses dan efektif. Menurutnya, untuk mrncapai itu juga perlu komitmen politik dari pemerintah.
"Kita tidak hanya memerlukan kebijakan yang kuat, tetapi juga kemauan politik dan menerapkannya secara efektif. Sangat penting bagi kita melibatkan para pemimpin kita untuk memprioritaskan inisiatif pengendalian tembakau dan memastikan bahwa kebijakan yang ada ditegakkan secara ketat," tuturnya.
Diketahui bahwa prevalensi perokok aktif di Indonesia terus meningkat. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4 persen di antaranya perokok berusia 10-18 tahun.