Diduga Jadi Korban Penyiksaan Orangtua, Kondisi Anak MK Masih Dalam Perawatan Intensif

Jum'at, 13 Juni 2025 | 20:51 WIB
Diduga Jadi Korban Penyiksaan Orangtua, Kondisi Anak MK Masih Dalam Perawatan Intensif
Ilustrasi kekerasan anak. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Anak sebagai individu yang masih dalam masa tumbuh kembang sangat rentan terhadap dampak buruk dari kekerasan, baik secara mental maupun fisik.

Data dari berbagai lembaga perlindungan anak menunjukkan bahwa banyak kasus kekerasan terjadi justru di lingkungan terdekat anak, seperti rumah atau sekolah. Ironisnya, pelaku sering kali adalah orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang seharusnya menjadi pelindung dan panutan.

Kekerasan yang dialami anak dapat menyebabkan trauma berkepanjangan, gangguan emosi, prestasi belajar menurun, bahkan kecenderungan untuk melakukan kekerasan di kemudian hari.

Pencegahan kekerasan terhadap anak memerlukan kolaborasi semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, hingga pemerintah. Edukasi kepada orang tua tentang pola asuh positif dan pengendalian emosi sangat penting dilakukan. Sekolah juga perlu menjadi lingkungan yang aman dan ramah anak, dengan sistem pelaporan dan perlindungan yang efektif.

Pemerintah melalui Undang-Undang Perlindungan Anak telah memberikan dasar hukum untuk melindungi hak-hak anak. Namun, implementasi di lapangan masih membutuhkan pengawasan ketat dan dukungan dari aparat penegak hukum serta lembaga sosial.

Melindungi anak dari kekerasan berarti melindungi masa depan bangsa. Setiap anak berhak tumbuh dalam lingkungan yang aman, penuh kasih sayang, dan bebas dari ketakutan.

Kekerasan terhadap anak dapat meninggalkan trauma mendalam yang tidak selalu terlihat secara fisik. Anak yang mengalami kekerasan, baik secara fisik, verbal, maupun emosional, berisiko mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, rendah diri, hingga gangguan perkembangan.

Trauma ini dapat memengaruhi hubungan sosial, prestasi belajar, dan perilaku anak di masa depan. Penanganan trauma anak membutuhkan pendekatan yang penuh empati dan dukungan profesional seperti konseling atau terapi psikologis.

Penting bagi orang dewasa untuk menciptakan lingkungan aman dan suportif agar anak bisa pulih dan tumbuh optimal tanpa bayang-bayang kekerasan.

Baca Juga: Bukan Budaya Patriarki, Wamen PPPA Veronica Tan Minta Setiap Keluarga Ajarkan Kesetaraan Gender

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI