Suara.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan perluasan promosi pariwisata melalui pameran pariwisata Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2025. Dalam ajang internasional itu, Pemprov mengusung kawasan pesisir Jakarta sebagai salah satu wisata andalan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Andhika Permata, menyebut ikut sertanya kawasan pesisir di ajang BBTF maupun Seoul International Travel Fair (SITF) 2025 menjadi bagian dari strategi memperkenalkan wajah baru Jakarta kepada dunia.
"SITF menjadi momentum penting untuk mempromosikan wajah baru Jakarta sebagai kota global yang dinamis dan penuh daya tarik. Kehadiran Pantai Indah Kapuk (PIK) di pameran ini menunjukkan bahwa Jakarta memiliki destinasi wisata kelas dunia yang siap bersaing dan menarik perhatian wisatawan mancanegara," ujar Andhika kepada wartawan, Rabu (18/6/2025).
Dalam BBTF 2025 yang digelar pada 12–14 Juni di Bali International Convention Centre, kawasan pesisir Jakarta seperti PIK tampil sebagai bagian dari paviliun resmi "Destinasi Jakarta" yang diinisiasi oleh Disparekraf DKI.
Kehadiran ini ditujukan untuk memperluas jejaring dengan pelaku industri pariwisata, buyer internasional, dan berbagai pemangku kepentingan dari dalam dan luar negeri.
Head of Tourism Development Center ASG, Fenny Maria mengatakan partisipasi dalam BBTF menjadi peluang strategis untuk memperkenalkan potensi kawasan pesisir Jakarta sebagai destinasi urban yang sedang bertumbuh.
"Kami melihat BBTF sebagai ajang penting untuk menampilkan PIK sebagai destinasi baru di Jakarta yang menggabungkan keindahan alam, lifestyle modern, dan atraksi wisata keluarga," ucapnya.
"Melalui platform ini, kami berharap dapat memperluas jaringan kerja sama sekaligus meningkatkan daya tarik PIK di mata wisatawan nusantara dan mancanegara," jelas Fenny menambahkan.
Selain Bali, PIK Tourism Board sebelumnya juga hadir dalam ajang SITF 2025 yang berlangsung pada 5–8 Juni di Korea Selatan. Di sana, kawasan ini diperkenalkan sebagai destinasi pariwisata baru dari Jakarta yang berorientasi pada pasar Asia Timur.
Baca Juga: Siap Mundur jika Salah, Video Bahlil Disemprot DPR Imbas Tuding Menteri Kader PDIP Viral Lagi
Secara umum, kawasan pesisir yang kini tengah dikembangkan tersebut menawarkan ragam fasilitas rekreasi, mulai dari wisata alam, taman terbuka, area kuliner tematik, hiburan keluarga, hingga penginapan berstandar internasional.
Diminta Tak Asal-asalan
Pakar Strategis Pariwisata Nasional, Taufan Rahmadi sebelumnya turut mendorong pengembangan kawasan pesisir Jakarta jadi tempat wisata. Namun, pelaksanaannya harus tetap menjunjung prinsip kehati-hatian.
Tantangan krusial dalam pengembangan pariwisata di kawasan pesisir disebutnya mencakup keberlanjutan lingkungan, peran aktif masyarakat lokal, serta integrasi infrastruktur yang mendukung mobilitas pengunjung. Ketiga aspek tersebut disebutnya penting dalam setiap pengembangan destinasi baru.
“Destinasi itu penting, tapi harus diiringi dengan kesadaran pengelolaan lingkungan. Pembangunan jangan sampai merusak ekosistem alam yang sudah ada, apalagi PIK berdekatan langsung dengan kawasan pesisir. Ekosistem pantai itu sangat rentan dan harus jadi perhatian utama,” ujar Taufan kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).
![Ilustrasi wisatawan asing di Bali. Keberadaan wisatawan asing di Bali menimbulkan sejumlah masalah. [Suara.com/Rochmat]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/10/49503-ilustrasi-wisatawan-asing-di-bali.jpg)
Taufan mengatakan, pembangunan yang terburu-buru tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam dan sosial, kerap berujung pada masalah jangka panjang.
Selain ekologi, Taufan menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam membangun karakter kawasan. Baginya, keberlanjutan pariwisata tak mungkin tercapai jika warga setempat hanya jadi penonton.
Hal ini juga perlu diperhatikan oleh kawasan wisata urban seperti Pantai Indah Kapuk (PIK) yang dikenal karena properti mewahnya.
Masyarakat lokal adalah sebuah keharusan. Salah satu kekuatan pariwisata itu justru bagaimana masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan destinasi. Tanpa itu, akan sulit bicara keberlanjutan. Di PIK, porsi pelibatan masyarakat lokal harus lebih besar,” ungkap Taufan.
Taufan juga mengusulkan sejumlah langkah strategis bagi pemerintah daerah dan pengelola kawasan agar berkembang sebagai destinasi unggulan yang inklusif dan berkelanjutan. Pertama, adalah dengan memperkuat infrastruktur dan aksesibilitas.
“Aksesibilitas adalah kunci. Transportasi publik yang nyaman dan terintegrasi harus dikembangkan agar wisatawan mudah menjangkau kawasan ini,” jelas Taufan.
Kemudian, Taufan menekankan pentingnya pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, melainkan juga mempertimbangkan keseimbangan ekologis dan keberlanjutan sosial.
Masyarakat sekitar juga perlu dilibatkan secara aktif, tidak hanya sebagai pengamat, melainkan sebagai pelaku utama dalam dinamika pariwisata lokal.
"Perlu mengembangkan strategi promosi yang terintegrasi, termasuk bundling dengan destinasi penyangga lain baik di tingkat nasional maupun internasional,” pungkas Taufan.