Suara.com - Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengakui anggapan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang menyebut rute Transjabodetabek Blok M-Pantai Indah Kapuk (PIK)2 memang tinggi peminatnya. Namun, menurutnya kebanyakan pengguna angkutan umum berbasis bus itu bukanlah para penghuni kawasan elit di PIK.
Ia menilai justru pengguna Transjabodetabek Blok M-PIK2 kebanyakan adalah kalangan pekerja yang tinggal di luar kawasan PIK.
"Ini bukan untuk warga PIK-nya. Tapi untuk orang-orang yang bekerja di sana. Mereka ini kelas menengah ke bawah," kata Djoko saat diwawancarai Suara.com pada Jumat (5/7/2025).
Djoko menyebut para penumpang rute ini umumnya berasal dari kalangan asisten rumah tangga, petugas kebersihan, tukang kebun, hingga pegawai minimarket yang beroperasi di PIK 2. Mereka sebelumnya tidak memiliki banyak pilihan moda transportasi selain ojek online atau kendaraan pribadi yang tergolong mahal.
![Calon penumpang bersiap menaiki bus Transjabodetabek rute P11 Bogor-Blok M di halte Cidangiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/6/2025). [Antara/Arif Firmansyah]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/17/96252-bus-transjabodetabek.jpg)
Dengan tarif Rp3.500, kata Djoko, layanan TransJabodetabek itu menjadi solusi murah dan efisien bagi kelompok pekerja tersebut.
“Cukup dia naik angkutan umum saja. Enggak perlu bawa motor atau kendaraan sendiri,” tegas Djoko.
Ia menilai keberadaan rute ini penting untuk memperluas akses mobilitas masyarakat dari pinggiran Jakarta dan wilayah Bodetabek ke kawasan ekonomi seperti PIK 2. Pemerintah, kata dia, sudah tepat dengan menghadirkan layanan ini.
Namun Djoko juga mengingatkan agar pemerintah tidak lengah dalam mengantisipasi lonjakan penumpang. Ia mendorong adanya penambahan armada pada jam-jam sibuk agar masyarakat tetap nyaman saat bepergian.
"Kalau sudah penuh, ya mesti ditambah. Terutama pada jam sibuk pagi," ujarnya.
Baca Juga: Eks Jubir FPI Buka Suara soal Drama Ijazah Jokowi, Munarman Kuliti Kesalahan Polisi, Apa Itu?
Djoko berharap rute seperti Blok M–PIK 2 bisa menjadi model dalam pengembangan sistem transportasi antarkota di wilayah Jabodetabek. Menurutnya, moda ini bisa menjadi alternatif utama bagi warga kelas pekerja untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Lebih lanjut, Djoko mengingatkan agar pemangku kebijakan tetap memusatkan perhatian pada kelompok pengguna yang paling membutuhkan aksesibilitas.
"Kita jangan lihat PIK 2-nya. Orang yang bekerja di PIK 2 itu, kebanyakan bukan orang perumahan sana. Tapi mereka yang memang butuh transportasi umum yang murah dan layak," tandas Djoko.