Suara.com - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, kembali menyuarakan keraguan seriusnya terhadap keaslian ijazah dan skripsi Presiden Joko Widodo. Dalam sebuah unggahan YouTube Refly Harun Channel, Roy Suryo secara blak-blakan menyebut apa yang selama ini terlihat terkait ijazah tersebut mengandung "99,9% kepalsuan."
Pernyataan Roy Suryo ungkap kepalsuan ijazah Jokowi ini didasari oleh serangkaian analisis yang disebutnya dimungkinkan berkat kemajuan teknologi, momentum yang tepat, dan keberanian sejumlah pihak untuk membongkar dugaan ketidakberesan ini.
Roy Suryo menjelaskan bahwa motivasinya muncul setelah melihat kriminalisasi terhadap Bambang Trimulono dan Gus Nur, serta respons Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terkesan membela Jokowi.
Ia juga menceritakan pertemuannya dengan Dr. Rismon dan Dr. Tifa, yang menjadi rekan barunya dalam mengusut kasus ini, meskipun sebelumnya pernah berseberangan dalam kasus lain.
Pertemuan resminya dengan Dr. Tifa, yang difasilitasi oleh Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), terjadi pada 15 April 2025 di UGM.
Berbagai Kejanggalan pada Ijazah dan Skripsi
Dalam paparannya, Roy Suryo menyoroti beberapa poin krusial yang membuatnya meragukan keaslian ijazah Jokowi. Salah satunya adalah sikap UGM yang hanya menunjukkan fotokopi ijazah, bukan dokumen aslinya.
Ia juga mengkritik pernyataan Bareskrim yang menyebut ijazah Jokowi "identik" dengan tiga pembanding, tanpa menunjukkan pembanding tersebut secara transparan.
"Yang ditampilkan Bareskrim hanya fotokopi terlipat, itu tidak laku dalam kajian hukum," tegasnya.
Baca Juga: BW Bongkar Semua: Ijazah Jokowi di Pasar Pramuka? Spekulasi Capres 2029 Panas!
Roy Suryo kemudian membeberkan hasil analisis perbandingan visual terhadap ijazah Jokowi dengan tiga ijazah lain dari angkatan yang sama, yang memiliki nomor urut berdekatan:
- Ijazah Frono Jiwo (No. 1115): Huruf 'Z' dan 'A' masuk ke dalam logo UGM.
- Ijazah Hari Mulyo (No. 1116 atau 111): Huruf 'Z' masuk ke dalam logo, huruf 'A' tertutup logo.
- Ijazah Sri Murtiengsih (No. 117): Huruf 'A' dan 'Z' masuk ke dalam logo.
- Ijazah Joko Widodo (No. 1120): Huruf 'Z' hampir keluar dari logo, dan huruf 'A' justru keluar dari logo.
"Perbedaan ini menunjukkan plat cetakan yang berbeda, mengindikasikan waktu dan mungkin tempat pencetakan yang berbeda dengan tiga ijazah pembanding yang nomornya berurutan," jelas Roy Suryo.

Ia menambahkan, teknologi modern memungkinkan analisis mendalam tanpa perlu memegang dokumen asli, layaknya pemeriksaan USG pada ibu hamil.
Tidak hanya ijazah, Roy Suryo juga menemukan kejanggalan pada skripsi Joko Widodo yang ia peroleh secara resmi dari Fakultas Kehutanan UGM pada 15 April. Pada lembar pengesahan, nama pembimbing utama tertulis Prof. Dr. Ir. Ahmad Soemitro.
Namun, menurut kesaksian Dr. Tifa, sahabat putri Prof. Ahmad Sumitro (Aida Greenberry), nama ayahnya seharusnya menggunakan 'U' (Sumitro), dan tanda tangannya berbeda.
"Yang lebih janggal, Prof. Ahmad Sumitro baru dikukuhkan sebagai guru besar pada Maret 1986. Jadi, pada saat penulisan skripsi (November), seharusnya beliau belum bergelar profesor. Ini membuat lembar pengesahan itu patut diduga palsu," papar Roy Suryo.