Manuver Politik Prabowo: Benarkah Ada Skenario Mengasingkan Gibran dari Lingkaran Kekuasaan Istana?

Kamis, 10 Juli 2025 | 10:33 WIB
Manuver Politik Prabowo: Benarkah Ada Skenario Mengasingkan Gibran dari Lingkaran Kekuasaan Istana?
Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka. [Istimewa]

Penolakan Prabowo untuk pindah ke IKN dan rencana penugasan Gibran ke Papua, menurut Refly, adalah indikasi kuat bahwa Prabowo sedang menjalankan strateginya sendiri.

"Penugasan Gibran ke Papua dilihat sebagai cara Prabowo untuk menjauhkan Gibran dari hiruk pikuk Jakarta dan pencitraan," tegas Refly.

Analisis ini menguatkan dugaan bahwa penugasan Gibran ini bukan sekadar tugas biasa, melainkan bagian dari skenario besar untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan mengurangi pengaruh pihak lain dalam lingkaran Istana.

"Skor 2-0 untuk Prabowo karena Prabowo mengendalikan 'bidak putih' dan memiliki kekuasaan untuk bergerak lebih dulu," tambahnya.

Gibran "Dimagangkan" atau "Disingkirkan"?

Tangkapan layar Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka memberikan keterangan pers usai meninjau Central Lurik di Desa Mleset, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (9/7/2025). ANTARA/Fathur Rochman
Tangkapan layar Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka memberikan keterangan pers usai meninjau Central Lurik di Desa Mleset, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (9/7/2025). ANTARA/Fathur Rochman

Penugasan Gibran ke Papua memunculkan dua perspektif yang kontras. Ada yang melihatnya sebagai peluang, ada pula yang melihatnya sebagai upaya "penyingkiran" halus.

Dari sudut pandang positif, penugasan ini bisa dianggap sebagai ajang "pemagangan" bagi Gibran untuk mengasah kepemimpinan di lapangan.

"Gibran akan 'dimagangkan' sebagai calon pemimpin dengan diberikan tantangan luar biasa di Papua, yang akan menjadi pembelajaran baginya," ujar Refly.

Namun, Refly juga tidak menampik pandangan negatif. "Gibran 'mau ditenggelamkan' agar ayahnya (Jokowi) tidak lagi ikut campur dalam pemerintahan," katanya.

Baca Juga: Pejabat Tinggi Otsus Papua Harus Berkantor di Papua

Pandangan ini didukung oleh fakta bahwa kapabilitas seorang wakil presiden tidak bisa "dimagangkan", melainkan harus sudah matang.

Dinamika politik ini tentu menimbulkan harapan dan tantangan besar bagi masa depan kepemimpinan nasional. Harapan agar Gibran mampu tumbuh menjadi pemimpin yang kapabel di tengah tantangan Papua sangat besar.

Namun, jika harapan itu tak terwujud, opsi pemakzulan pun bisa menjadi perbincangan.

Refly Harun juga menyinggung harapan publik untuk Pemilu 2029 yang lebih adil dan transparan.

"Harapan agar Pemilu 2029 berlangsung secara adil dan Gibran tidak lagi 'bersembunyi di ketiak bapaknya'," pungkas Refly.

Sebelumnya diberitakan, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengaku siap menjalankan penugasan khusus di Papua, sebagaimana instruksi Presiden Prabowo Subianto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI