Gibran Bandingkan Kemenyan dengan Nikel: Visi Ekonomis atau Sekadar Cari Sensasi?

Kamis, 17 Juli 2025 | 13:53 WIB
Gibran Bandingkan Kemenyan dengan Nikel: Visi Ekonomis atau Sekadar Cari Sensasi?
Ilustrasi kemenyan dan nikel. (Pixabay)

Suara.com - Pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang menyandingkan kemenyan dengan nikel dalam agenda hilirisasi sontak menjadi buah bibir, terutama di kalangan anak muda dan milenial.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Gibran menyebut bahwa kemenyan sama berharganya dengan nikel, komoditas primadona yang selama ini menjadi andalan ekonomi Indonesia.

Sontak, perbincangan pun mengemuka: apakah ini sekadar wacana politik untuk mencari sensasi, atau justru sebuah visi ekonomi cerdas yang melihat potensi terpendam?

"Saya pernah bicara itu hilirisasi kemenyan, banyak yang ketawa, wong kemenyan buat dukun, salah! Kemenyan sama berharganya dengan nikel," ujarnya percaya diri dia dikutip Kamis (17/7/2025).

Ia bahkan mencontohkan penggunaan kemenyan sebagai bahan baku parfum mewah kelas dunia seperti Louis Vuitton dan Gucci.

Hal ini, menurutnya, menjadi bukti bahwa nilai kemenyan selama ini terabaikan karena Indonesia hanya menjualnya dalam bentuk bahan mentah.

Kemenyan: Harta Karun Aromatik yang Terlupakan

Selama ini, kemenyan memang lebih lekat dengan citra mistis dan ritual adat.

Namun, di pasar global, getah dari pohon Styrax benzoin ini merupakan komoditas yang sangat dihargai.

Baca Juga: Fatal! Dobrak Pintu Dikira Ada 'Pacar Gelap', Pria Ini Syok Tahu Siapa yang Dipukulnya

Indonesia, khususnya Sumatera Utara, adalah salah satu penghasil kemenyan terbesar dan terbaik di dunia.

Data menunjukkan bahwa nilai ekspor kemenyan Indonesia pada tahun 2024 mencapai 43.000 ton dengan nilai US$52 juta.

Kolase Foto Gibran Rakabuming Raka dan Parfum Gucci [Kolase]
Kolase Foto Gibran Rakabuming Raka dan Parfum Gucci [Kolase]

Angka ini membuktikan bahwa kemenyan memiliki nilai ekonomi yang signifikan.

Kemenyan menjadi bahan baku penting dalam berbagai industri, antara lain:

-Industri Parfum dan Kosmetik: Sebagai pengikat aroma (fixative) pada parfum-parfum mewah.

-Industri Makanan dan Minuman: Sebagai perasa dalam permen, minuman, dan puding.

-Industri Farmasi: Digunakan sebagai bahan antiseptik dan perekat dalam perban bedah.

Faktanya, penelitian untuk mengembangkan produk turunan kemenyan di dalam negeri sudah berjalan.

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli telah berhasil mengembangkan parfum dari minyak atsiri kemenyan dengan merek "Tobarium".

Inovasi ini membuktikan bahwa hilirisasi kemenyan bukan isapan jempol belaka.

Nikel: Raksasa Ekonomi dan Kebanggaan Nasional

Di sisi lain, nikel tak perlu diragukan lagi kontribusinya bagi perekonomian Indonesia.

Program hilirisasi nikel yang digalakkan pemerintah telah berhasil melambungkan nilai ekspor secara dramatis.

Pada tahun 2022, nilai ekspor produk turunan nikel mencapai US$33,81 miliar atau sekitar Rp504,2 triliun, meroket 745 persen dibandingkan tahun 2017 yang hanya mengekspor bahan mentah.

Hilirisasi nikel tidak hanya mendongkrak pendapatan negara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah penghasil nikel seperti Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.

Keberhasilan ini menjadikan nikel sebagai simbol suksesnya kebijakan hilirisasi di Indonesia.

Analisis: Wacana Politis atau Visi Ekonomis?

Membandingkan kemenyan dan nikel secara langsung memang tidak sepenuhnya sepadan, mengingat skala industri dan nilai pasarnya yang terpaut jauh.

Namun, pernyataan Gibran dapat dimaknai sebagai upaya untuk membuka mata publik terhadap potensi komoditas non-tambang yang selama ini dianaktirikan.

Gagasan hilirisasi kemenyan bukanlah hal yang mengada-ada.

Data ekspor yang kuat dan adanya riset pengembangan produk menjadi bukti konkret potensinya.

Kunjungan Gibran ke Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, yang fokus pada penelitian kemenyan, juga mengindikasikan adanya keseriusan dari pemerintah.

Para ekonom mungkin berdebat tentang skala dampaknya dibandingkan nikel, namun semangat diversifikasi ekonomi yang diusung Gibran patut diapresiasi.

Ketergantungan pada satu komoditas saja sangat berisiko, dan sudah saatnya Indonesia menggali "harta karun" lain yang dimiliki, termasuk kemenyan.

Pernyataan Gibran lebih dari sekadar isu politik; ini adalah sebuah ajakan untuk berpikir out of the box.

Ini adalah tantangan bagi para peneliti, inovator, dan anak muda untuk mengubah getah wangi yang "mistis" menjadi produk premium yang membanggakan Indonesia di panggung dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI