Suara.com - Panggung politik nasional kembali memanas setelah diskusi panas antara jurnalis senior Akbar Faizal dan filsuf Rocky Gerung dalam sebuah podcast terbaru yang dipublikasikan di YouTube.
Obrolan mendalam ini tak hanya sekadar nostalgia, tetapi menjelma menjadi ajang "kuliti habis" berbagai isu krusial, mulai dari warisan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga manuver pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto.
Perbincangan yang viral ini menyajikan analisis tajam yang membongkar sisi-sisi tersembunyi dari kekuasaan, memicu perdebatan luas di kalangan publik.
Berikut adalah enam poin paling krusial dan menohok dari dialog antara Akbar Faizal dan Rocky Gerung yang berhasil dirangkum Suara.com.
1. Momen Maaf Akbar Faizal dan Jawaban Filosofis Rocky Gerung
![Pengamat Politik, Rocky Gerung. [YouTube/Akbar Faizal]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/17/35013-rocky-gerung.jpg)
Podcast dibuka dengan sebuah momen langka: pengakuan terbuka Akbar Faizal atas kesalahannya di masa lalu, khususnya terkait dukungannya pada pemerintahan sebelumnya yang kerap berseberangan dengan Rocky.
Ia secara jantan meminta maaf atas segala perdebatan sengit yang pernah terjadi.
Namun, Rocky Gerung menanggapinya bukan dengan emosi, melainkan logika.
"Dalam isu publik, menurutnya, tidak ada istilah maaf karena kesalahan adalah kesalahan perhitungan."
Baca Juga: Duh! Rocky Gerung Sentil Keras Jokowi-Gibran, Tapi Puji Megawati dan Beri Harapan ke Prabowo
Jawaban ini menegaskan pandangannya bahwa setiap langkah politik memiliki konsekuensi rasional yang tak bisa dihapus hanya dengan permintaan maaf personal.
2. Kritik Pedas Jokowi: Dihantui Takut dan Dugaan Transaksi 'Under Table'
![Presiden ke-7 Jokowi dipastikan akan hadir dalam kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berlangsung di Kota Solo pada 19-20 Juli 2025 nanti. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/14/60887-jokowi.jpg)
Inilah sorotan utama yang paling banyak dibicarakan. Rocky Gerung tanpa tedeng aling-aling mengupas kondisi psikologis Jokowi pasca-lengser. Menurutnya, Jokowi kini dihantui dua ketakutan besar.
"Takut dilupakan sejarah dan takut diingat kesalahannya," ujar Rocky. Ketakutan inilah yang dinilai mendorong Jokowi terus melakukan mobilisasi politik demi mengamankan legacy-nya.
Tak berhenti di situ, Rocky juga menyinggung isu sensitif dengan menyebut dugaan adanya transaksi "under table" di era Jokowi sebagai Walikota Surakarta.
Ia juga mengkritik habis proses pembuatan buku "Nawacita" yang dianggapnya sebagai bukti ketidakmampuan Jokowi berargumen secara mendalam.