Suara.com - Dunia perfilman Indonesia akan kembali mempersembahkan karya bertema sejarah dan keteladanan lewat proyek film yang mengangkat sosok Mohammad Natsir, seorang tokoh besar dalam perjalanan kemerdekaan dan pemikiran Islam di Indonesia.
Film ini digagas oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Yayasan Kapita Selekta Mohammad Natsir, dan akan diproduksi oleh Erick Yusuf, dai sekaligus seniman.
Bagi generasi muda yang belum mengenalnya, Mohammad Natsir bukan hanya seorang tokoh agama, tetapi juga seorang negarawan, pendidik, dan pejuang pemersatu bangsa.
Lahir di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, Natsir dikenal luas karena perannya dalam menyatukan kembali Republik Indonesia dari bentuk federal menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lewat Mosi Integral pada 3 April 1950.
Keteladanan Natsir tak hanya berdampak secara nasional, tetapi juga diakui dunia internasional. Ia pernah menerima King Faisal International Prize, Grand Gordon Star dari Tunisia, serta beberapa gelar kehormatan akademik dari Malaysia dan Lebanon.
Jasa terbesar Natsir untuk bangsa adalah ketika ia memimpin Fraksi Partai Masyumi dan berpidato di Parlemen Republik Indonesia Serikat 3 April 1950.
Saat itu ia mengajukan mosi integral yang bertujuan mengembalikan RI dari bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mosi tersebut berhasil menyatukan kembali wilayah Indonesia yang sebelumnya terpecah-pecah dalam beberapa negara bagian RIS, dan menjadi tonggak penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
"Natsir bukan hanya brilian dalam gagasan dan pemikirannya tentang konsep-konsep pendidikan, kenegaraan dan kebangsaan, melainkan juga sangat cemerlang dalam keteladanan baik dari sisi perkataan, sikap, perilaku, hingga perbuatan. Natsir merupakan negarawan, dai, dan guru teladan bagi bangsa," kata Ketua Umum DDII Adian Husaini, melansir Antara, Jumat 18 Juli 2025.
Sementara itu, Erick Yusuf menyatakan, membawa kisah Natsir ke layar lebar bukan perkara mudah karena harus menjaga akurasi sejarah, menghadirkan nilai dengan estetika, dan menyampaikan keteladanan sosok pahlawan tersebut dengan kejujuran.
"Film ini ingin menghadirkan kisah utuh seorang tokoh tentang keikhlasannya dalam berjuang, kesederhanaannya dalam memimpin, dan keberaniannya dalam menegakkan kebenaran meskipun harus menanggung risiko yang besar," ujar Erick.
Putri Mohammad Natsir, Aisyatul Asriah, menyampaikan bahwa ayahnya merupakan sosok orang tua, kepala keluarga, dan pelindung yang luar biasa.
Sejak dini ia senantiasa menanamkan adab dan akhlak yang mulia kepada anak-anaknya seperti kerendahan hati, kesederhanaan, kesantunan, dan kedisiplinan.