Menurutnya, apa yang ditampilkan sebagai hiburan sesaat di media sosial berpotensi merusak fondasi moral yang telah dibangun di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Panggilan untuk Orangtua
Andi menegaskan bahwa melarang atau memblokir bukanlah solusi di era digital. Sebagai gantinya, ia menyerukan adanya "perang" tanding konten dan penguatan benteng moral dari dalam.
“Pendidikan karakter tidak cukup hanya di sekolah. Butuh sinergi seluruh elemen masyarakat, tokoh agama, pemerintah, dan terutama orangtua untuk lebih aktif memantau dan membimbing anak-anak mereka,” ujarnya.
Ia mendesak pemerintah untuk menggencarkan edukasi dan literasi digital secara masif, sekaligus mendukung para kreator konten lokal untuk menghasilkan karya-karya yang positif dan mendidik sebagai tandingan dari tren-tren negatif.
“Kita tidak bisa menutup akses internet, tapi kita bisa membentengi generasi muda dengan literasi digital, nilai agama, dan penguatan peran keluarga. Jangan sampai masa depan anak-anak kita dirusak oleh tontonan-tontonan yang merusak nilai-nilai luhur,” katanya.
Kontroversi S Line menjadi cermin besar bagi Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi digital: di mana batasan antara hiburan, kebebasan berekspresi, dan pelestarian nilai-nilai lokal akan terus diuji.