Prabowo Keluarkan 'Jurus' Kepemimpinan Jawa: Siap Dimaki, Difitnah, dan 'Meletus' Hadapi Koruptor

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 21 Juli 2025 | 11:47 WIB
Prabowo Keluarkan 'Jurus' Kepemimpinan Jawa: Siap Dimaki, Difitnah, dan 'Meletus' Hadapi Koruptor
Presiden Prabowo Subianto berpantun untuk Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. [ANTARA]

Suara.com - Presiden Prabowo Subianto membongkar 'ilmu' kepemimpinan tingkat tinggi yang diadaptasi dari filosofi Jawa kuno, Hasta Brata. Di hadapan para elite politik, ia membeberkan delapan sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, salah satunya adalah siap menerima caci maki dan fitnah.

Berbicara dalam sebuah kongres partai politik di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (20/7) malam, Prabowo menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki hati seluas samudera atau pindo jaladri.

"Kita ingat ajaran nenek moyang kita delapan sifat pemimpin, pemimpin (yang) pindo jaladri, harus bagaikan samudera, hatinya luas, pemimpin itu dimaki-maki (harus menyikapinya) seperti laut, samudera, kotoran bumi, keluar ditelan oleh samudera, yang keluar airnya bersih. Pemimpin harus siap dimaki-maki, siap disakiti, siap difitnah, siap di-framing, tetapi keluarnya harus yang bersih," kata Presiden Prabowo sebagaimana dilansir Antara, Senin (21/7/2025).

Namun, sabar bukan berarti lemah. Prabowo juga menyebut seorang pemimpin harus bisa bersikap kokoh seperti gunung (pindo arga), yang sesekali perlu 'meletus' untuk membersihkan kotoran.

"(Kelima) pindo arga, bagaikan gunung, kokoh, berpendirian, tidak goyah, kokoh, sekali-kali meletus perlu, pemimpin perlu meletus sekali-kali, iya dong, menghadapi koruptor, maling, ya kita boleh meletus, kokoh, diam, kokoh, (dan) sekali-kali boleh (meletus) untuk membersihkan dari kotoran-kotoran, dan bahaya, baik terhadap bangsa dan negara," ujar Presiden.

Selain itu, Prabowo juga menguraikan enam sifat lainnya. Mulai dari pindo candra (memberi kesejukan seperti bulan), pindo kartika (memberi arah seperti bintang), hingga pindo surya (memberi energi seperti matahari).

Ada pula sifat pindo dahana, yang diibaratkan seperti api. "Bagaikan api membakar semangat, juga membakar kejahatan, membakar ketidakadilan, membakar korupsi, penipuan, membakar pengkhianatan, membakar semua yang tidak baik," sambung Presiden.

Kemudian pindo bayu atau seperti angin, yang harus hadir di mana-mana untuk merasakan denyut nadi rakyat. "Angin ada di puncak gunung, ada di kolong jembatan, ada di lembah terdalam," ujar Presiden Prabowo.

Terakhir adalah pindo bahana atau seperti bumi, yang menjadi sumber kekuatan namun rela diinjak. "Bumi sumber kekuatan, tetapi siap diinjak, bumi rela diinjak, bumi memberi makan, bumi memberi energi, bumi memberi kekayaan. Ini ajaran nenek moyang kita ribuan tahun (yang lalu)," kata Prabowo.

Baca Juga: Peci Hitam dan Kacamata Hitam: Gaya Prabowo Pimpin Peluncuran 80.000 Kopdes Merah Putih di Klaten!

Prabowo juga mengingatkan para pemimpin untuk mempraktikkan tiga semboyan Ki Hajar Dewantara, terutama untuk tidak hanya banyak bicara.

"Ing ngarso sung tuladha di depan memberi contoh, harus memberi contoh pemimpin itu, (seperti) guru memberi contoh. Ing madyo mangun karso, di tengah-tengah ikut membangun, kerja, bukan omon-omon," ujar Presiden.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI