Ancaman Revolusi Sosial Jika Gibran Jadi Presiden, Pengamat: Skenario Amankan Kekuasaan Jokowi

Selasa, 22 Juli 2025 | 07:31 WIB
Ancaman Revolusi Sosial Jika Gibran Jadi Presiden, Pengamat: Skenario Amankan Kekuasaan Jokowi
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. (Instagram/gibran_rakabuming)

Suara.com - Prediksi skenario politik paling kontroversial pasca-Pilpres 2024 mulai dibongkar ke publik. Bukan sekadar isu, kemungkinan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menggantikan Prabowo Subianto sebagai presiden disebut sebagai agenda tersembunyi yang bisa memicu ledakan amarah rakyat.

Analisis pedas ini dilontarkan oleh Ketua Dewan Direktur Great Institute, Syahganda Nainggolan, yang memprediksi adanya potensi "revolusi sosial" jika putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu benar-benar menduduki kursi RI-1.

Dalam sebuah diskusi panas di podcast Forum Keadilan TV, Syahganda tanpa ragu memaparkan kalkulasi politik yang menurutnya sedang berjalan di lingkaran kekuasaan. Ia melihat ada kepentingan besar di balik layar untuk memastikan Gibran melenggang ke puncak tertinggi.

Skenario Gibran Presiden dan Kepentingan Istana

Joko Widodo atau Jokwoi bersama putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. (ANTARA News/Hanni Sofia)
Joko Widodo atau Jokwoi bersama putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. (ANTARA News/Hanni Sofia)

Syahganda secara lugas menyebut bahwa wacana Gibran menjadi presiden bukanlah isapan jempol belaka, melainkan sebuah kemungkinan yang patut diwaspadai secara serius, terutama jika Prabowo mengalami kondisi berhalangan tetap.

"Ada kemungkinan Gibran naik jika Prabowo berhalangan tetap," ungkap Syahganda dikutip dari YouTube.

Lebih jauh, ia menuding adanya peran sentral Presiden Jokowi dalam mendorong agenda ini. Menurutnya, ini adalah bagian dari upaya untuk mengamankan dan melanggengkan pengaruh politik keluarga.

"Jokowi berkepentingan membuat Gibran jadi presiden," tambahnya dengan tegas.

Pernyataan ini seolah mengonfirmasi kekhawatiran sebagian publik mengenai potensi lahirnya dinasti politik yang mengakar kuat, sebuah isu yang terus menjadi sorotan sejak Gibran maju dalam kontestasi Pilpres 2024 melalui putusan kontroversial Mahkamah Konstitusi.

Baca Juga: Koalisi Prabowo Gemuk di Parlemen, Gibran Tetap Bisa Dimakzulkan Lewat 'Jalur Belakang'?

Gibran Dianggap Cuma 'Nempel' Prabowo, Sejarah Habibie Jadi Peringatan Keras

Wapres Gibran Rakabuming saat menyambut Presiden Prabowo Subianto [Instagram @gibran_rakabuming]
Wapres Gibran Rakabuming saat menyambut Presiden Prabowo Subianto [Instagram @gibran_rakabuming]

Peringatan keras Syahganda tentang potensi "revolusi sosial" bukan tanpa dasar. Ia menilai legitimasi Gibran sangat rapuh dan hanya bersandar pada ketokohan Prabowo Subianto. Tanpa Prabowo, kekuatan Gibran dipertanyakan.

"Publik tidak akan baik-baik saja; bisa terjadi revolusi sosial," prediksinya.

"Gibran dianggap hanya menggandul Prabowo dan tidak punya kekuatan massa sendiri."

Syahganda kemudian menarik pelajaran dari sejarah kelam suksesi kepresidenan di Indonesia. Ia merujuk pada kejatuhan B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto pada 1998.

Meski sah secara konstitusional, Habibie akhirnya tersingkir karena tidak memiliki basis dukungan massa yang riil dan kuat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI