Suara.com - Di tengah panasnya isu ijazah palsu, sejumlah teman seangkatan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 akhirnya buka suara. Dalam sebuah acara reuni, mereka membeberkan kenangan-kenangan personal yang seolah menjadi 'tamparan' keras bagi para peragu.
Salah satu kesaksian datang dari Mulyono, pria yang namanya kebetulan sama dengan nama kecil Jokowi. Ia dengan terang-terangan mengakui bahwa secara akademik, Jokowi lebih unggul darinya.
"Dia sama dia (Jokowi) sih selalu ingat kalau ketemu, setelah sebelum menjadi pejabat pun menyapa 'hei, Mas Mul', gitu. Saat jadi wali kota (Solo) pun juga pernah ketemu 'Mas Mul, yuk kita ke sini'," kenang Mulyono di Sleman, Sabtu (26/7).
Ia bahkan menyebut, karena nilai-nilainya lebih bagus, Jokowi bisa lulus dua tahun lebih cepat darinya.
Kesaksian yang lebih emosional datang dari Mustoha Iskandar. Ia mengaku geram dengan tudingan bahwa teman-teman Jokowi adalah 'settingan'.
"Pasti Asli. Gimana enggak pasti, wong teman-temannya masih ada saksi hidup," kata Mustoha Iskandar.
Mustoha, yang mengaku sudah puluhan kali di-BAP polisi, membeberkan kenangan yang tak mungkin direkayasa.
"Kenangan itu di antaranya masa-masa kuliah bersama Jokowi dalam satu ruangan kelas. Selain itu, boncengan motor bersama pulang ke kos hingga naik gunung bersama," ujarnya.
Ia pun menantang balik para penuduh.
Baca Juga: Bukan Mulyono Tapi Wakidi, Dokter Tifa Sebut Teman Kuliah Jokowi di Reuni UGM Ternyata Calo Terminal
"Kita semua siap jadi saksi. Keterangan saksi itu adalah alat bukti nomor satu, masak kita mau berbohong. Temen settingan gila itu, enggak waras itu. Masak teman settingan hanya demi Jokowi. Sinting apa," katanya.
Saksi lain, Heri Tribasuk, bahkan sampai bersumpah.
"Asli demi Allah, demi Allah itu asli. Saya saksi hidup," katanya.
Ia menceritakan berbagai momen praktik kuliah di hutan yang ia lalui bersama Jokowi, dari Cilacap hingga Cepu.
Jokowi: Dari Ijazah Lari ke Skripsi, Lari ke KKN
Jokowi sendiri, dalam sambutannya di acara reuni tersebut, menyindir para pihak yang terus mencari-cari kesalahannya.
"Begitu ijazahnya sulit dicari-cari salahnya belok ke skripsi, skripsinya juga palsu. Dosen pembimbing skripsi saya itu Prof. Dr. Ir. Ahmad Sumitro. Kemudian waktu itu diuji oleh pak Ir. T Baharuddin dan Pak Ir. Sofian Warsito. Itu ujian, ada pengujinya diragukan lagi. Skripsi diragukan ganti lagi ke KKN. Dari ijazah lari ke skripsi lari ke KKN," ujar Jokowi.
Ia berpendapat, polemik ini seharusnya sudah selesai sejak lama setelah adanya klarifikasi resmi dari Rektor dan Dekan Fakultas Kehutanan UGM.