Warga juga perlu dilibatkan dalam membangun komitmen agar perubahan bisa bertahan.
“Kalau misalnya masih ada keterbatasan tidak bisa dilakukan segera, maka ada semacam komitmen bersama, berapa lama waktu untuk bisa menyelesaikan permasalahan buang air besar sembarangan tadi,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan pentingnya status sanitasi yang ideal dan aman karena limbahnya dipastikan terbuang ke septic tank dan rutin dilakukan penyedotan.
“Di bawahnya sanitasi aman itu ada sanitasi layak, yaitu sudah berakhir di septic tank, tapi memang belum dilakukan penyedotan secara rutin," ungkapnya.
Dalam jangka panjang, Dwi melihat peluang pengolahan limbah menjadi sumber energi seperti biogas.
Menurutnya, solusi ini bisa memberikan manfaat ganda bagi warga.
“Dari limbah kemudian bisa malah berubah menjadi sebuah biogas yang punya nilai ekonomis,” kata dia.
“Ini membuka wawasan juga bahwa memungkinkan untuk dikembangkan di tempat lain. Karena bisa dimanfaatkan hasil biogasnya untuk sumber listrik atau membantu kebutuhan rumah tangga lainnya,” pungkasnya.
Baca Juga: Jakarta Darurat Sanitasi, Ribuan KK Masih BAB Sembarangan, Apa Penyebabnya?