4. Wali Kota Minta Maaf, Sebut karena 'Miskomunikasi'
Wali Kota Padang, Fadli Amran, menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang melukai perasaan umat Kristiani tersebut. Namun, ia menyebut pemicunya adalah kesalahpahaman.
"Tadi saya sudah mendengarkan dari kedua belah pihak dan mereka sudah menyampaikan kronologi kenapa ini bisa terjadi. Kesimpulannya ini karena adanya miskomunikasi," katanya.
Menurutnya, pihak RW tidak mendapat informasi menyeluruh terkait kegiatan di rumah doa tersebut. Fadli berjanji akan memberikan layanan pemulihan trauma bagi para korban.
5. Trauma Mendalam dan Tekad Tempuh Jalur Hukum
Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi. Penasihat Hukum masyarakat Nias, Yutiasa Fakho, mengungkapkan kejadian serupa pernah terjadi pada 2023 di lokasi lain.
Karena itu, meski sudah memaafkan, pihak korban bertekad untuk melanjutkan proses hukum agar ada efek jera.
"Makanya, kami tetap ingin melanjutkan [kejadian di rumah doa] ini ke ranah hukum. Soal memaafkan, kami sudah memaafkan apa yang terjadi. Tapi soal perkara hukum akan tetap berjalan," ungkapnya.
Bagi Pendeta Dachi, trauma terberat adalah larangan untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anak.
Baca Juga: Penyerangan Rumah Doa di Padang: 4 Pelajaran Pahit Intoleransi yang Tak Boleh Diabaikan
"Trauma terberat bagi saya karena mereka melarang untuk tidak melakukan pendidikan agama. Sementara Undang-undang sudah menjamin untuk kebebasan beragama," katanya.