suara hijau

Mencegah Konflik Harimau-Manusia di Aceh, BKSDA Perkuat Mitigasi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 30 Juli 2025 | 14:26 WIB
Mencegah Konflik Harimau-Manusia di Aceh, BKSDA Perkuat Mitigasi
Ilustrasi jejak harimau Sumatera ditemukan di Pekon (Desa) Ringin Jaya, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat, yang dilaporkan warga pada Rabu (12/3/2025). [Gembiraloka zoo]

Suara.com - Konflik antara manusia dan harimau sumatra masih menjadi tantangan besar di sejumlah wilayah Aceh. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terus memperkuat upaya pencegahan agar interaksi negatif ini bisa diminimalisir, demi keselamatan warga sekaligus keberlangsungan spesies langka ini.

“Kami terus memperkuat pencegahan dan mitigasi interaksi negatif harimau sumatra. Pencegahan tersebut juga untuk melindungi masyarakat serta menjaga keberlanjutan satwa liar dilindungi tersebut,” kata Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, di Banda Aceh, Selasa (29/7).

Berdasarkan analisis kelayakan populasi tahun 2019, diperkirakan terdapat sekitar 170 ekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang masih hidup di alam liar di Provinsi Aceh. Namun, dalam lima tahun terakhir, konflik manusia-harimau kerap terjadi di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Timur, dan Aceh Tenggara.

Untuk mengurangi risiko tersebut, BKSDA aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga satwa liar bagi keseimbangan ekosistem. Mereka juga membentuk kelompok swadaya masyarakat, rutin melakukan patroli, dan memantau habitat harimau.

Ilustrasi Harimau Sumatra (Unsplash/SteveBridge68)
Ilustrasi Harimau Sumatra (Unsplash/SteveBridge68)

Tak hanya itu, BKSDA turut memfasilitasi pembangunan kandang antiserangan harimau serta mengimbau masyarakat untuk tidak melepaskan ternak secara bebas di wilayah jelajah harimau.

“Kami juga mengingatkan masyarakat tidak memasang jerat yang dapat menyebabkan kematian harimau maupun satwa liar lainnya,” tambah Ujang.

Harimau sumatra adalah satu-satunya subspesies harimau yang masih bertahan di Indonesia dan kini berstatus critically endangered menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Ini berarti, spesies ini berada dalam risiko tinggi punah di alam liar.

Upaya konservasi ini menjadi semakin penting karena menyangkut keselamatan warga dan masa depan keanekaragaman hayati di Sumatra.

Baca Juga: Anggota DPR Sebut SDM Belum Siap Kerja, Netizen Balas: Janji 19 Juta Lapangan Kerja Mana?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI