Tetangga Jadi Musuh: Kisah Pilu Warga Kediri dapat Teror Sound Horeg

Kamis, 31 Juli 2025 | 14:31 WIB
Tetangga Jadi Musuh: Kisah Pilu Warga Kediri dapat Teror Sound Horeg
Pak Eko, warga Desa Kepung, Kabupaten Kediri, kenyamanan itu seolah dirampas oleh dentuman musik keras dari truk-truk sound horeg yang berulang kali lewat dan berhenti tepat di depan rumahnya. [Instagram]

Suara.com - Setiap orang berhak atas ketenangan di rumahnya sendiri. Tapi bagi Pak Eko, warga Desa Kepung, Kabupaten Kediri, kenyamanan itu seolah dirampas.

Bukan oleh bencana atau tindak kriminal, melainkan oleh dentuman musik keras dari truk-truk sound horeg yang berulang kali lewat dan berhenti tepat di depan rumahnya.

Bukannya mendapatkan dukungan setelah menyampaikan keberatan, Pak Eko justru merasa diteror, dikucilkan, bahkan diintimidasi oleh lingkungannya sendiri.

Pada Selasa (29/7/2025), dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, Pak Eko menyampaikan keluh kesahnya lewat siaran Radio ANDIKA. Ia berharap, lewat jalur udara itu, suaranya didengar oleh Pemerintah Kabupaten Kediri dan aparat kepolisian.

Pak Eko mengungkapkan, teror dialaminya sejak dirinya menyampaikan keberatan terhadap kegiatan sound horeg, terutama saat pawai keliling desa yang menggunakan truk dan pengeras suara dalam volume tinggi.

Salah satu kejadian yang dinilainya sebagai bentuk intimidasi adalah ketika rombongan sound horeg sengaja berhenti tepat di depan rumahnya dan menggeber suara keras selama berjam-jam, mulai siang hingga malam.

“Saat itu orang tua saya sedang sakit. Tapi suara dari truk-truk itu terus saja digeber tanpa peduli. Kami merasa diteror,” ujar Pak Eko, dengan suara bergetar menahan tangis.

Respons Pemerintah Desa Dinilai Minim

Pak Eko, warga Kediri sampai menangis menceritakan keluarganya diteror rombongan sound horeg. (bidik layar video di X)
Pak Eko, warga Kediri sampai menangis menceritakan keluarganya diteror rombongan sound horeg. (bidik layar video di X)

Menurut penuturan Pak Eko, ia telah mencoba menyampaikan keluhannya kepada Kepala Desa Kepung, Ida Arief. Namun, respons yang diterima nihil. “Saya sudah lapor ke kepala desa, tapi tidak ditanggapi. Seolah-olah kami ini warga yang tidak dianggap,” kata dia sebagaimana dikutip dari akun Instagram Radio Andika pada Rabu (30/7/2025).

Baca Juga: 5 Fakta Duet Maut Sound Horeg Hingga Hubungan Asli Mas Bre dan Edi Sound

Lebih lanjut, Pak Eko menyebutkan bahwa bukan hanya dirinya yang merasa terganggu dengan kegiatan tersebut. Banyak warga lain di Desa Kepung yang merasa keberatan, namun memilih diam karena takut menjadi sasaran serangan atau perundungan sosial.

Salah satu bentuk tekanan yang dialami warga, kata Pak Eko, adalah permintaan iuran dari panitia penyelenggara kegiatan hingga Rp500 ribu per kepala keluarga.

“Banyak yang sebenarnya tidak setuju, apalagi dengan iuran segitu. Tapi mereka takut. Bahkan ada warga yang memilih mengungsi dari desa,” imbuhnya.

Teror Sosial dan Kekerasan Fisik

Kolase foto pria bernana Eko yang diteror usai memprotes pawai sound horeg. (tangkapan layar/ist)
Kolase foto pria bernana Eko yang diteror usai memprotes pawai sound horeg. (tangkapan layar/ist)

Teror yang dialami keluarga Pak Eko tak hanya berupa kebisingan. Ia juga menceritakan tekanan psikologis yang muncul akibat pengucilan sosial dari warga sekitar.

Menurutnya, sejak ia menyuarakan protes, hubungan sosial dengan tetangga memburuk. Banyak warga yang sebelumnya akrab, kini menjauh dan enggan berinteraksi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI