Tak hanya itu, foto Pak Eko dan istrinya bahkan disebar di komunitas sound horeg serta di media sosial dengan narasi provokatif.
"Kami merasa dipermalukan di depan publik. Padahal kami cuma ingin tenang di rumah sendiri,” ucapnya lirih.
Yang lebih mengkhawatirkan, Pak Eko juga mengaku pernah menjadi korban pengeroyokan. Kejadian itu terjadi pada tahun 2022, ketika ia menegur sekelompok pemuda yang memainkan sound horeg di depan rumahnya.
“Saya hanya minta volume dikecilkan. Tapi malah dikeroyok. Itu jadi pengalaman traumatis buat saya dan keluarga,” ujarnya.
Harapan agar Pemerintah dan Polisi Turun Tangan
Dengan suara terbata-bata, Pak Eko berharap aspirasinya yang disampaikan melalui Radio ANDIKA bisa didengar oleh Pemerintah Kabupaten Kediri dan Polres Kediri.
Ia meminta aparat pemerintah turun tangan untuk memberikan perlindungan kepada dirinya dan keluarga, sekaligus menindak tegas pelaku intimidasi dan mengganggu ketertiban umum.
“Kami hanya ingin hidup tenang. Jangan karena kami berbeda pendapat, lalu diperlakukan seperti musuh oleh tetangga sendiri,” ucapnya.
Unggahan curhat Pak Eko tersebut langsung menuai perhatian warganet. Banyak yang menyampaikan simpati, namun juga mempertanyakan sikap pemerintah desa dan aparat penegak hukum yang terkesan pasif terhadap fenomena sound horeg yang kian masif di beberapa daerah.
Baca Juga: 5 Fakta Duet Maut Sound Horeg Hingga Hubungan Asli Mas Bre dan Edi Sound
Fenomena Sound Horeg dan Ketertiban Umum

Sound horeg, istilah populer untuk truk atau kendaraan modifikasi yang dilengkapi pengeras suara super besar, dalam beberapa tahun terakhir menjamur di sejumlah wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kegiatan ini kerap muncul dalam hajatan, pawai, hingga konvoi kelompok muda. Namun, tak jarang aktivitas ini memicu keluhan warga karena mengganggu ketenangan lingkungan, terutama pada malam hari atau di dekat pemukiman padat.
Beberapa pemerintah daerah telah mengeluarkan himbauan pembatasan aktivitas sound horeg, bahkan melarangnya sepenuhnya. Namun, penegakan di lapangan dinilai masih lemah.
Kasus seperti yang dialami Pak Eko menjadi salah satu contoh ketika suara warga yang menginginkan ketenangan justru dibalas dengan intimidasi.
Kontributor : Dinar Oktarini