Kisah Pilu Prajurit Kopassus, Hidup Terlunta-lunta di Pulau Sulawesi

Muhammad Yunus Suara.Com
Senin, 04 Agustus 2025 | 10:54 WIB
Kisah Pilu Prajurit Kopassus, Hidup Terlunta-lunta di Pulau Sulawesi
Mustari Baso, mantan anggota Kopassus kini hidup terlantar di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]

Suara.com - Di usia 82 tahun, Mustari Baso menghabiskan hari-harinya di sebuah kamar sempit berukuran 2x2 meter di Desa Kaluku, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Tak banyak yang tahu bahwa pria yang hidupnya kini terlunta itu pernah jadi anggota pasukan elit TNI, Resimen Para Komando atau yang kini dikenal sebagai Kopassus.

Dulu, Mustari berdinas di masa Orde Baru. Ia memanggul senjata, berkorban demi menjaga merah putih di medan perang.

Kini Mustari hidup dalam sepi. Tanpa keluarga, tanpa perhatian pemerintah, seolah pengabdiannya dulu tak ada artinya.

Mustari mulai bergabung dengan militer pada era kepemimpinan Presiden Soeharto.

Dalam perjalanannya, ia bertugas di satuan pasukan elite yang kala itu masih bernama RPKAD, kini Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.

Tak hanya menjalani pelatihan berat, Mustari juga ditugaskan dalam misi-misi penting negara.

Ia pernah dikirim ke Timor Timur, Operasi Irian Barat, juga terlibat dalam operasi penumpasan sisa-sisa Partai Komunis Indonesia (PKI).

Di sisa ingatannya karena termakan usia, Mustari mengaku masih mengingat jelas arahan Soeharto dan Prabowo saat memimpin operasi di lapangan.

Baca Juga: Diangkat Jadi ASN Tiga Bulan Jelang Pensiun, Air Mata Haru Lalu Syafii Pecah!

"(Arahannya) tegas. Komandanku Soeharto dan Prabowo," ujarnya.

Tugas terakhirnya dijalani di Kodim 1411 Bulukumba. Pada 1992, Mustari resmi pensiun dari dinas militer dengan pangkat Sersan Satu atau Sertu.

Selepas pensiun, Mustari tak lagi punya tempat untuk pulang. Ia ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya.

Hubungan yang renggang dan komunikasi terputus membuat Mustari akhirnya hidup sebatang kara. Parahnya, uang Rp100 juta yang dimilikinya dibawa kabur oleh anaknya sendiri.

"Saya punya 11 istri dan 9 anak. Dulu saya Gammara (ganteng)," ucapnya bercanda.

Mustari bahkan mengaku pernah tinggal di kolong jembatan, di Bantaeng. Lalu, ke Makassar untuk mencari kehidupan yang lebih layak, tapi juga malah terkatung-katung di Terminal Malengkeri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI