Cerita di Balik Program Vasektomi Dedi Mulyadi, Ada Kisah Miris

Selasa, 05 Agustus 2025 | 08:27 WIB
Cerita di Balik Program Vasektomi Dedi Mulyadi, Ada Kisah Miris
Tangkap Layar [Youtube Deddy Corbuzier]

Suara.com - Usulan kebijakan Vasektomi yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi sering mendapat kritikan keras.

Bahkan, banyak yang tidak sejalan dengan kebijakan program Vasektomi yang dijadikan sebagai syarat memperoleh bantuan sosial (bansos).

Mendengar pernyataan tersebut, Dedi Mulyadi mengkonfirmasi bahwa dirinya tidak memberikan pernyataan soal itu.

“Terima bansos harus Vasektomi itu nggak ada,” ujar Dedi, dikutip dari youtube Deddy Corbuzier, Senin (4/8/25).

“Yang buat media itu bukan saya, pidato lengkapnya ada,” tambahnya.

Melalui podcastnya dengan Deddy Corbuzier, Dedi buka-bukaan soal alasan terbesarnya menggalakkan program Vasektomi.

Dedi mengaku bahwa dirinya sempat menemukan warga yang memiliki anak lebih dari 20 di daerah Purwakarta.

“Jadi ini itu menurut pengalaman saya, pengalaman Ketika sebelum menjadi gubernur, masih jadi Bupati, anggota DPR,” ungkapnya.

“Saya itu nemuin warga anaknya 24 di Purwakarta. Ini 1 ibu 1 bapak, ada di Pleret, kalau nggak salah itu 24,” tambahnya.

Baca Juga: Aktif Pantau Medsos, Dedi Mulyadi Menikmati Dihujat Publik: Asyik juga Dijelekin

Dedi mengaku prihatin, lantaran warga tersebut termasuk masyarakat menengah ke bawah, dimana sang ibu berjualan gorengan sementara suaminya tukang becak.

“Ada di obrolan saya, ada di youtube saya, ibu-ibunya pernah ngobrol sama saya,” ucapnya.

“Si ibunya jualan gorengan, bapaknya narik becak,” sambungnya.

Tak hanya itu, Dedi juga mengaku pernah menemukan keluarga dengan jumlah anak 14 hingga 16.

“Ada lagi 16, 14,” ujar Dedi Mulyadi.

“Ini konteksnya masyarakat menengah ke bawah ya kang?,” tanya Deddy sebagai pemandu dalam podcast tersebut.

“Iya, ada lagi yang anaknya disuruh jadi pengamen, pengemis. Kemudian saya temui bapak dan ibunya, saya katakana kalau anak banyak gini tanggung jawabnya gimana. Eh malah nyalahin istrinya jebol terus,” jawab Dedi.

Dari pengalaman terjun ke lapangan langsung dan menemukan problem tersebut, Dedi sontak menyarankan untuk melakukan vasektomi.

“Ya kalau istrinya jebol terus, mau nggak sih kalau bapaknya aja yang KB. Jadi dari obrolan sederhana,” ujarnya.

“Dan saya sudah banyak ngajak dulu sejak saya anggota DPR,” sambungnya.

Pengalaman menemukan permasalahan di lapangan tersebut sudah dilakukan Dedi sebelum dirinya menjadi Gubernur.

Setelah menjadi Gubernur, rupanya masalah tersebut masih terus terjadi. Dedi bahkan mengaku sering didatangi orang hanya karena ingin dibantu menebus biaya rumah sakit usai melahirkan.

“Setelah jadi Gubernur, Pemda Provinsi banyak program nih, ada program listrik free, ada program bantuan Pembangunan rumah, beasiswa pendidikan sampai perguruan tinggi,” cerita Dedi.

“Saya sering didatengin juga ada orang istrinya masih di rumah sakit melahirkan nggak bisa nebus, 14 juta, ada yang 23 juta, 24 juta. Saya suka bercanda “Kamu ini gimana sih, giliran bikin aku nggak dikabarin, giliran melahirkan aku dikabarin,”. Anak ke berapa? Ada anak ke 4, ke 5,” tambahnya.

Dari pengalaman tersebut, Dedi berusaha memberi saran dan edukasi alangkah baiknya mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

“Saya bilang anda ini dapat tugas menjadi ayah, jadi bertanggung jawab buat kehidupan, Pendidikan. Nah ini kelahiran aja nggak bisa nangani. Kalau begitu bagaimana nanti ikut program KB, dan jangan selalu istri, anda ikut dong program Vasektomi,” urainya.

Menurut Dedi tidak akan ada artinya bantuan maupun program dari pemerintah jika tidak didukung dengan masyarakatnya.

“Yang saya sampaikan itu penerima bantuan sosial diharapkan itu bisa mengikuti program Keluarga Berencana,” ujarnya.

“Karena nggak ada artinya, dibangunin rumah kalau anaknya terus bertambah. Karena saya nemuin 1 petak isinya 14,” tambahnya.

Dedi juga menceritakan bahwa dirinya pernah menemukan keluarga dengan 10 orang anak yang hidup mengontrak.

Dari sepuluh anaknya tidak ada yang disekolahkan. Bahkan, saat ditemui Dedi di rumahnya, sang ibu sedang mengandung anak ke 11.

“Saya nemuin juga 1 keluarga di Majelengka seluruh anaknya nggak sekolah. Saya nemuin anak-anak di alun-alun Majalengka jualan, habis itu datang lagi kakaknya, datang lagi kakaknya, jumlahnya ada 7,” urainya.

“Kemudian saya antar pulang, ibu bapaknya ngontrak. Di rumah ibu bapaknya lagi tidur, ternyata di rumah ada 3 anak lagi dan ibunya lagi hamil lagi yang ke 11. Bayangin rumah tidak punya, anak 11, saya katakan bapak ikut program vasektomi bisa nggak pak. Orang kalau nggak tahu lapangan susah,” sambungnya.

Pengalaman-pengalaman di lapangan tersebut yang membuat Dedi bersikeras memberi edukasi pada bapak-bapak untuk melakukan program vasektomi.

Kontributor : Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI