Dedi Mulyadi Minta Pendukungnya di Medsos Jangan Galak : Nanti Dikira Buzzer

Senin, 04 Agustus 2025 | 19:57 WIB
Dedi Mulyadi Minta Pendukungnya di Medsos Jangan Galak : Nanti Dikira Buzzer
Gubernur Jawa Barat Dedi

Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa kini dunia demokrasi sudah mengalami banyak perubahan.

Salah satunya yaitu tradisi untuk mengungkapkan pendapat. Dulu hanya orang-orang atau kelompok elit saja yang berani berbicara di depan kamera.

“Kita memahami bahwa dunia demokrasi, dunia telekomunikasi mengalami perubahan,” ujar Dedi, dikutip dari tiktoknya @dedimulyadiofficial, Sabtu (2/8/25).

“Dulu yang berbicara di depan kamera, bicara menggunakan microphone itu hanya kaum elit. Elit organisasi, elit politik dan berbagai kelompok elit lainnya yang menguasai panggung- panggung secara terbuka,” tambahnya.

Kini zaman sudah mulai berubah, tidak hanya elit politik, masyarakat luas sudah mulai berani berbicara di depan kamera dan disebarluaskan di sosial media.

“Hari ini seiring dengan era digital, semua orang bisa berbicara di platform media sosialnya masing-masing, sehingga menjadi panggungnya rakyat,” ujarnya.

Melihat banyak perubahan yang terjadi, Dedi Mulyadi berpesan agar para warganet yang mendukung visi misinya untuk tidak berbuat seenaknya sendiri.

Seperti contohnya merespon para pengkritik sang Gubernur dengan sikap yang tidak ramah. Dedi Mulyadi berharap mereka menjauhi sikap tidak ramah tersebut.

“Tetapi saya berpesan kepada seluruh warganet, terutama yang seiring dan sejalan dengan visi yang saya miliki, jangan galak-galak ya,” ungkapnya.

Baca Juga: Anggap Orang Nge-gym Goblok, Timothy Ronald Mau Dibawa Dedi Mulyadi ke Barak Militer

“Kalau ada yang mengkritik saya, jangan digalakin,” sambungnya.

Menurut Dedi, semakin banyak pendukungnya yang melawan para pengkritik secara frontal, dirinya justru semakin dituduh mengerahkan buzzer.

“Karena semakin digalakin, saya semakin dituduh ngerahin buzzer, hahaha,” ungkapnya.

Dedi mengakui jika selama ini telah berhasil membangun ikatan emosi dengan para warganet yang merasa sependapat dengannya.

“Padahal selama ini kita membangun ikatan emosi bukan karena uang, tetapi karena rasa dan karena cinta,” ungkapnya.

“Kalau kita berbicara dengan lidah maka diterimanya oleh telinga, tapi kalau bicara dengan hati maka diterimanya oleh rasa,” sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI