suara hijau

Ahli Sebut Energi Terbarukan Tak Selalu Ramah Lingkungan, Mengapa?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 05 Agustus 2025 | 11:05 WIB
Ahli Sebut Energi Terbarukan Tak Selalu Ramah Lingkungan, Mengapa?
Ilustrasi turbin angin sebagai transisi energi. [Pfüderi/Pixabay]

Suara.com - Transisi energi menuju sumber terbarukan menjadi jalan utama melawan krisis iklim. Namun, di balik citra “hijau” dan ramah lingkungan, muncul peringatan keras, energi terbarukan bukan tanpa dampak.

Di provinsi Jaén, Spanyol, empat proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kota kecil Lopera, bersama 20 proyek lain yang direncanakan, terancam memusnahkan lebih dari 100.000 pohon zaitun, sumber penghidupan utama warga sekaligus warisan ekologis kawasan.

“Hijau seharusnya berarti merawat dan melindungi lingkungan, bukan malah menghancurkannya,” kata Natalia Corbalán dari platform SOS Rural, salah satu organisasi yang menggugat proyek-proyek tersebut.

Mereka menilai istilah "energi hijau" digunakan terlalu bebas tanpa mempertimbangkan dampaknya di lapangan.

Pembangkit listrik Tenaga angin. (Pexels/Kervin Edward Lara)
Pembangkit listrik Tenaga angin. (Pexels/Kervin Edward Lara)

Kritik serupa juga ditujukan pada proyek angin lepas pantai, yang dinilai mengganggu habitat laut, mengancam jalur migrasi burung, dan bisa berbenturan dengan aktivitas nelayan tradisional.

Lebih jauh lagi, transisi energi ini bergantung pada penambangan besar-besaran, baik untuk panel surya, turbin angin, maupun baterai kendaraan listrik. Ironisnya, proses ekstraksi material seperti litium atau nikel justru menyebabkan degradasi lingkungan baru.

“Hijau” tapi merusak?

Para ahli lingkungan menegaskan bahwa energi terbarukan tetap penting untuk menekan emisi. Namun, perencanaannya harus jauh lebih matang. Tanpa itu, yang terjadi justru penolakan sosial, konflik lahan, dan rusaknya lanskap serta ekonomi lokal.

Daniel Jato Espino, peneliti Universitas Internasional Valencia, memperingatkan bahwa “perlombaan membabi buta mengejar megawatt” justru bisa menciptakan resistensi dari masyarakat.

Baca Juga: Pangan Biru Jadi Solusi Iklim dan Pelestarian Kuliner Nusantara

Solusinya, lokasi yang tepat dan minim dampak. Menurut WWF, hanya dibutuhkan kurang dari 2% wilayah Spanyol untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi nasional, asal dirancang dengan benar dan partisipatif.

Transisi energi harus adil, bukan brutal

Kisah di Spanyol membuka mata bahwa energi terbarukan pun bisa menimbulkan kerusakan, jika tidak disertai dengan kebijakan yang berpihak pada lingkungan dan masyarakat lokal.

Transisi energi yang benar, kata para pakar, bukan sekadar soal kecepatan, tapi soal keadilan dan keberlanjutan jangka panjang.

Ingin versi yang lebih singkat untuk media sosial, atau angle yang lebih mendalam untuk edukasi publik? Saya bisa bantu juga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI