"Coba deh jangan nyalahin tok sayurannya. Diinget-inget makan makanan tinggi purin lain nggak? Terus sering jajan UPF (Ultra-Processed Food) nggak? Makan manis dan lain-lain dan jarang olahraga nggak?" tanyanya retoris.
Pertanyaan-pertanyaan ini secara efektif mengalihkan fokus dari ketakutan irasional terhadap sayuran ke pentingnya introspeksi terhadap gaya hidup secara menyeluruh.
Ia menutup penjelasannya dengan menyoroti dampak bahaya dari misinformasi tersebut.
"Nanti misinformasi jadi bikin orang nggak mau makan sayur lagi," pungkasnya, menunjukkan kepeduliannya pada kesehatan masyarakat luas.

Cara ahli gizi tersebut memberikan sanggahan dengan data, tanpa drama, dan penuh empati menuai banyak pujian dari warganet.
Banyak yang setuju bahwa menyalahkan satu jenis makanan adalah penyederhanaan yang berbahaya. Komentar seperti,
"Segala sesuatu yang berlebihan tidak baik," dan "Pentingnya gizi seimbang," akhirnya lebih mendominasi kolom komentar.
Intervensi elegan ini berhasil mengubah narasi dari kepanikan menjadi pembelajaran, mengingatkan semua orang bahwa kesehatan ginjal dan tubuh secara keseluruhan bergantung pada pola hidup yang seimbang, bukan sekadar menghindari sayuran.
Baca Juga: Isi Surat Pilu Pemuda Gagal Ginjal: Maaf Jadi Beban, Pilih Pergi usai Ditinggal Pacar