Suara.com - Sungai Eufrat kembali menjadi sorotan dunia bahkan warga lokal berbondong-bondong untuk memburu emas. Lantas, sebenarnya Sungai Eufrat ada dimana?
Bukan hanya karena nilai historisnya sebagai salah satu penyangga peradaban tertua, tetapi juga karena fenomena surutnya air yang memicu perburuan emas besar-besaran oleh warga lokal.
Peristiwa surutnya Sungai Eufrat hingga ditemukannya emas ini lantas dikaitkan dengan nubuat akhir zaman yang telah lama diperbincangkan dalam hadist.
Lantas, di manakah sebenarnya letak Sungai Eufrat, dan apa yang sesungguhnya terjadi di sana? Mari kita telusuri lokasi, sejarah, dan fenomena terkini dari sungai legendaris ini.
Sungai Eufrat Ada di Mana? Jejaknya Melintasi Tiga Negara
Pertanyaan mendasar, "Sungai Eufrat ada di mana?" dapat dijawab dengan menelusuri peta Asia Barat.
Sungai Eufrat adalah salah satu sungai terpanjang dan terpenting di kawasan ini.
Alirannya yang deras membentang sepanjang kurang lebih 2.800 kilometer, melintasi tiga negara modern.
- Hulu di Turki
Perjalanan Sungai Eufrat dimulai dari dataran tinggi Anatolia Timur di Turki. Sungai ini terbentuk dari pertemuan dua anak sungai, yaitu Karasu dan Murat.
Di negara inilah banyak bendungan besar dibangun, yang menurut para ahli menjadi salah satu pemicu berkurangnya debit air ke negara-negara di hilir.
Baca Juga: Hadits Nabi Muhammad Tentang Tanda Kiamat, Dikaitkan Fenomena Cari Emas di Sungai Eufrat
- Melintasi Suriah
Dari Turki, Eufrat mengalir ke selatan, membelah daratan Suriah.
Di sinilah kota-kota bersejarah seperti Raqqa berada di tepiannya. Wilayah inilah yang belakangan ini menjadi pusat perhatian akibat surutnya air sungai secara drastis.
- Bermuara di Irak
Setelah melewati Suriah, aliran sungai berlanjut ke Irak. Di negara ini, Sungai Eufrat bertemu dengan "saudaranya", Sungai Tigris, di dekat kota Al-Qurnah untuk membentuk muara Shatt al-Arab.
Muara gabungan ini kemudian mengalir sejauh sekitar 200 kilometer sebelum akhirnya mencapai Teluk Persia.
Jalur aliran yang melintasi tiga negara ini menjadikan Eufrat sebagai urat nadi kehidupan, sumber air minum, irigasi pertanian, dan pembangkit listrik selama ribuan tahun.
Jantung Peradaban Kuno Mesopotamia
Jauh sebelum menjadi berita utama modern, lembah di antara Sungai Tigris dan Eufrat dikenal sebagai Mesopotamia, yang berarti "tanah di antara dua sungai."
Kawasan ini adalah tempat lahirnya peradaban-peradaban besar pertama di dunia, termasuk Sumeria, Akkadia, Babilonia, dan Asiria.
Sungai Eufrat menyediakan air dan tanah subur yang memungkinkan masyarakat beralih dari gaya hidup berburu-meramu ke pertanian menetap.
Kota-kota megah seperti Babilon yang legendaris dibangun di atas tepiannya, menjadikan sungai ini saksi bisu dari inovasi manusia dalam bidang tulisan, hukum, dan astronomi.

Keringnya Sungai Eufrat dan 'Gunung Emas'
Dalam beberapa tahun terakhir, debit air Sungai Eufrat menyusut drastis. Kekeringan parah, perubahan iklim, dan pengelolaan bendungan di Turki disebut sebagai penyebab utamanya.
Dampak paling nyata terlihat di wilayah Raqqa, Suriah, di mana dasar sungai yang sebelumnya terendam kini terlihat sebagai daratan kering.
Fenomena inilah yang memicu kehebohan. Warga setempat, melihat gundukan tanah yang tampak berkilau, mulai berbondong-bondong menggalinya dengan harapan menemukan emas.
Dengan peralatan sederhana seperti sekop dan cangkul, puluhan bahkan ratusan orang mendirikan tenda dan bekerja siang malam, menciptakan ekonomi mikro dadakan di kawasan tersebut.
Aksi ini bukan sekadar didorong oleh motif ekonomi. Banyak warga mengaitkannya dengan sebuah hadist Nabi Muhammad:
"Kiamat tidak akan datang hingga Sungai Eufrat menyingkapkan gunung emas yang akan menjadi perebutan manusia." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini, yang telah lama menjadi bagian dari eskatologi Islam, seolah menemukan relevansinya dalam peristiwa kekeringan ini, memberikan dimensi spiritual pada perburuan emas tersebut.

Benarkah Demikian?
Namun, apakah benar ada gunung emas yang tersingkap? Para ahli geologi meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati.
Seorang insinyur geologi, Khaled al-Shammari, menjelaskan bahwa endapan mineral memang umum ditemukan di sepanjang aliran sungai seperti Eufrat.
Namun, tanah berkilau yang ditemukan warga belum tentu emas. Bisa jadi itu adalah mineral lain seperti pirit, yang dikenal sebagai "emas palsu" karena warnanya yang mirip.
"Diperlukan analisis geologi mendalam untuk memastikan apakah endapan tersebut benar-benar mengandung emas atau hanya mineral biasa," jelas Al Shammari.
Hingga kini, belum ada konfirmasi ilmiah mengenai penemuan emas dalam jumlah besar.
Sungai Eufrat, yang berlokasi di jantung Timur Tengah, kini berada di persimpangan antara sejarah agung, tantangan ekologis modern, dan interpretasi nubuat kuno.
Bagaimana pendapat Anda tentang fenomena ini? Apakah ini murni gejala alam, atau ada makna lebih dalam yang bisa kita pelajari? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah