"Hanya saja, saya kecewa dengan mafia-mafia korup yang selama ini seolah tak tersentuh, yang terus menggerogoti negeri ini. Rasa kecewa itulah yang akhirnya meluap dan terjadilah video tersebut," sambungnya, menjelaskan bahwa lagunya adalah bentuk frustrasi atas berita korupsi yang seolah tiada henti.
Video itu, baginya, bukanlah ekspresi kebencian, melainkan ekspresi cinta yang terluka.

Cinta pada Indonesia yang membuatnya tak rela melihat tanah pusakanya terus-menerus digerogoti oleh para koruptor yang ia sebut sebagai mafia.
Sebagai penutup dari klarifikasi dramatisnya, pria itu menundukkan kepala. Ia menyadari bahwa caranya mungkin salah dan telah melukai perasaan banyak orang.
Dengan kerendahan hati, ia memohon ampunan dari seluruh bangsa.
"Kepada semua masyarakat Indonesia, saya minta maaf yang sebesar-besarmya," terangnya lagi.
Kisah ini pun menjadi lebih dari sekadar video viral. Ia adalah potret kompleks tentang bagaimana cinta pada negara bisa termanifestasi dalam dua bentuk yang kontradiktif penghormatan pada simbol dan kritik pedas pada realita.