Sejarah Negara Riau Merdeka: Gugatan Keadilan dari Jantung Sumatera yang Terluka

Muhammad Yunus Suara.Com
Jum'at, 08 Agustus 2025 | 16:28 WIB
Sejarah Negara Riau Merdeka: Gugatan Keadilan dari Jantung Sumatera yang Terluka
Kolase logo Negara Riau Merdeka dan Mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra [Suara.com]

Insiden ini menorehkan luka mendalam dan menjadi simbol bagaimana hak-hak politik masyarakat Riau diabaikan oleh Jakarta.

Euforia Reformasi dan Lahirnya Gerakan

Runtuhnya rezim Soeharto pada Mei 1998 membuka kotak pandora. Euforia kebebasan dan demokrasi menjalar ke seluruh pelosok negeri, termasuk Riau.

Momentum ini dimanfaatkan oleh para aktivis mahasiswa, intelektual, dan tokoh masyarakat untuk menyuarakan tuntutan yang selama ini terpendam.

Diskusi-diskusi panas digelar oleh aliansi pers mahasiswa dari berbagai kampus di Riau.

Awalnya, tuntutan utama adalah pembagian hasil minyak yang lebih adil. Namun, ketika janji pemerintah pusat, yang saat itu dipimpin oleh Presiden B.J. Habibie, untuk memberikan 10% dana bagi hasil tak kunjung terealisasi, kesabaran pun habis.

Dalam sebuah diskusi pada 7 Maret 1999, seorang tokoh pemuda bernama Fauzi Kadir melontarkan ide radikal: "Riau Merdeka".

Gagasan ini kemudian disambut dan didukung oleh seorang tokoh kharismatik dan vokal, Profesor Tabrani Rab.

Tabrani, seorang dosen dan intelektual yang dikenal peduli pada kaum tertindas, menjadi motor penggerak utama gerakan ini.

Baca Juga: Eks BIN: Ada Rapat Tertutup Bahas Proklamasi Negara Riau Merdeka

Puncaknya terjadi pada 15 Maret 1999. Di kediamannya di Pekanbaru, Tabrani Rab secara resmi mendeklarasikan Gerakan Riau Merdeka.

Ia bahkan dijuluki sebagai "Presiden Riau Merdeka" oleh para pendukungnya.

Deklarasi ini sontak menarik perhatian nasional dan internasional, menempatkan Riau dalam peta politik Indonesia yang sedang bergejolak.

Perjuangan Damai dan Diplomasi

Penting untuk dicatat bahwa Gerakan Riau Merdeka berbeda dengan gerakan separatis lain di Indonesia seperti di Aceh atau Papua.

Tabrani Rab secara tegas menolak jalan kekerasan dan penggunaan senjata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI