Suara.com - Fenomena viral pengibaran bendera 'Jolly Roger' dari anime One Piece menjelang HUT ke-80 RI memicu sejumlah insiden di berbagai daerah. Bukannya disambut euforia, aksi ini justru berujung pada konfrontasi, mulai dari kekerasan fisik hingga penertiban oleh petugas.
Dua insiden menonjol terjadi di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, menunjukkan adanya kesalahpahaman di tengah masyarakat terkait simbol populer ini.
Pedagang Ditampar di Depan Anak dan Istri
Di Sulawesi Selatan, seorang pedagang sayur bernama Pardi harus mengalami kejadian pahit saat dalam perjalanan menuju Pasar Bantaeng. Mobilnya yang mengibarkan bendera One Piece tiba-tiba dicegat oleh seorang pria berhelm hitam yang mengaku sebagai aparat.
Pria tersebut tidak hanya menegur, tetapi juga melakukan kekerasan fisik. Mirisnya, aksi penamparan itu dilakukan di hadapan anak dan istri Pardi yang berada di dalam mobil. Pelaku salah mengira bendera tersebut adalah simbol negara lain.
"Pedagang sayur ditampar di hadapan anak-istrinya gara-gara kibarkan bendera Anime, Pelaku ngaku itu adalah bendera China," demikian keterangan yang tertulis dalam video yang viral di media sosial.
Istri korban pun tak tinggal diam dan menyayangkan arogansi pelaku.
"Cobanya bicara baik-baik pak, langsung ji kukasih turun itu benderanya," ucapnya, menyiratkan bahwa mereka akan kooperatif jika diminta dengan cara yang baik.
Saat diancam akan dilaporkan ke media, sang istri membalas,
Baca Juga: Saat Kreativitas Dibungkam, Lahirlah Sindiran: Perang Mural dan Masa Depan Ekspresi Seni
"Kita juga naik di media pak kalau langsung menampar begitu."
Meski sempat meminta maaf, pelaku tetap menunjukkan sikap superior.
"Saya minta maaf, tapi jangan ulangi lagi," katanya sambil menyita bendera tersebut.
Tanggapan Resmi TNI dan Polri
Menanggapi insiden ini, Kapendam XIV Hasanuddin Kolonel Arm Gatot Awan Febrianto menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan instruksi untuk merazia bendera One Piece. Ia juga belum bisa memastikan apakah pelaku benar-benar anggota TNI.
"Dari Kodam tidak ada instruksi apa-apa. Jangan sampai ngaku-ngaku, kecuali jelas pakaian loreng dengan identitas nama dan sebagainya," jelas Gatot.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Didik Supranoto belum memberikan keterangan terkait peristiwa ini.
Konter HP Didatangi Petugas Gabungan
Peristiwa berbeda terjadi di Ponorogo, Jawa Timur. Sebuah konter handphone bernama Smart Cell di Desa Bulu Kidul didatangi oleh petugas gabungan TNI-Polri. Penyebabnya sama: mengibarkan bendera One Piece.
Bendera berukuran 70 x 90 cm itu terpasang di bawah Bendera Merah Putih pada satu tiang yang sama. Penjaga konter, Alia Alma Septiana, mengaku tidak tahu siapa yang memasangnya.
“Saya tidak paham yang pasang siapa. Sudah tiga hari ini,” ungkap Alia.
Tanpa perdebatan, Alia langsung bersedia menurunkan bendera tersebut saat diminta petugas.
“Diminta turunkan bendera One Piece ya saya turunkan. Saya turunkan saja,” terangnya.
Wakapolsek Balong, Ipda Prasetiyanto, menjelaskan bahwa tindakan yang diambil hanya sebatas imbauan untuk menjaga ketertiban menjelang hari kemerdekaan.
“Moment 17 Agustus adalah moment kemerdekaan Indonesia. Alangkah baiknya mengibarkan bendera Merah Putih. Menjaga ketertiban kami imbau masyarakat tidak mengibarkan bendera,” pungkasnya.