Suara.com - Sekolah Rakyat telah beroperasi selama hampir satu bulan. Selama itu pula, anak-anak dari kelompok miskin dan miskin esktrem itu berada di asrama sekolah untuk menjalani pendidikan.
Harus tinggal jauh dari orang tua nyatanya memang bukan hal mudah bagi para remaja tersebut.
Kepala Sekolah Rakyat tingkat SMP di Sentra Handayani Kemensos, Jakarta, Regut sutrasto menyebutkan kalau para siswanya sempat alami home sick alias rindu rumah mereka ketika masa awal sekolah.
Namun begitu, seiring berjalannya waktu kini para siswa tersebut telah bisa beradaptasi dengan tempat tinggalnya yang baru.
"Kalau yang penjenggukan pertama kan ada haru, ada nangis gitu. Saat yang senang, sampai anak melompat gitu karena senang ketemu orang tuanya," cerita Regut, ditemui di area Sekolah Rakyat di Sentra Handayani, Jakarta, Senin (11/8/2025).
"Sekarang berikutnya-berikutnya sudah mulai tensinya menurun dan ketika pertemuan berikutnya anak-anak sudah terbiasa, sudah tidak ada yang kangen lagi," katanya menambahkan.
Dia melihat, siswa-siswanya kini telah menjalani keseharian mereka dengan normal.
Diketahui, para orang tua para siswa itu diberikan hak untuk menjenguk setiap satu bulan sekali. Setidaknya, lanjut Regut, momen penjengukan itu menjadi sarana penting untuk membangun sinergi antara pihak sekolah dan keluarga.
“Dengan seperti itu nanti ada kolaborasi antara orang tua, wali asuh, guru, dan murid. Semuanya nanti akan berkolaborasi dengan penjengukan ini, dan kita fasilitasi semuanya supaya dengan penjengukan ini nanti setidaknya orang tua juga mendapatkan insight dari pembelajaran di sekolah,” ujarnya.
Baca Juga: Pendidikan Lalu Lintas Masuk Kurikulum Sekolah
Regut menambahkan, melalui komunikasi langsung saat penjengukan, orang tua bisa mengetahui perkembangan anak mereka, baik dari sisi akademik maupun non-akademik.
Harapannya, dukungan yang diberikan di rumah atau saat berinteraksi di luar sekolah bisa selaras dengan proses pendidikan yang sedang dijalani para siswa di asrama.