Perempuan di Purwakarta Tewas Padahal sudah Lapor soal Ancaman, Polsek Jatiluhur Banjir Hujatan

Rabu, 13 Agustus 2025 | 12:31 WIB
Perempuan di Purwakarta Tewas Padahal sudah Lapor soal Ancaman, Polsek Jatiluhur Banjir Hujatan
Kolase foto kasus kematian perempuan muda di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta. (Instagram)

Suara.com - Kematian tragis Dea Permata Karisma (27), seorang staf HRD yang ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya di Jatiluhur, Purwakarta, pada Selasa (12/8/2025), bukan sekadar berita kriminal biasa.

Kasus ini menyulut amarah dan kekecewaan publik yang meluas, mengarahkan sorotan tajam pada kinerja Polsek Jatiluhur.

Pertanyaan yang menggema di benak banyak orang, terutama generasi muda yang vokal di media sosial, bukanlah lagi semata tentang siapa pelakunya, melainkan mengapa negara seolah gagal hadir saat warganya berteriak meminta perlindungan.

Kisah pilu ini adalah puncak dari rentetan teror yang telah berlangsung selama tiga bulan.

Nyawa Dea mungkin bisa diselamatkan jika laporan dan permohonan bantuan dari keluarganya ditanggapi dengan serius.

Jeritan Minta Tolong yang Tak Terdengar: Kronologi Teror Tiga Bulan

Sebelum ditemukan tewas dengan sejumlah luka tusukan, Dea dan keluarganya hidup dalam ketakutan.

Berdasarkan penuturan kedua orang tuanya, Sukarno dan Yuli Ismawati, teror yang dialami Dea bukanlah ancaman kosong. Rangkaiannya nyata dan mengerikan:

Rumah Dilempari Cat: Aksi teror dimulai dengan serangan fisik ke properti, sebuah sinyal intimidasi yang jelas.

Baca Juga: SPAM Jatiluhur 1 Resmi Beroperasi: Komitmen untuk Penyediaan Air Bersih dan Keberlanjutan Lingkungan

Penyusup Masuk Rumah: Pelaku bahkan berani masuk ke dalam rumah korban, meski akhirnya kepergok oleh asisten rumah tangga dan melarikan diri.

Ancaman Pembunuhan via WhatsApp: Puncaknya, Dea menerima pesan singkat yang secara eksplisit mengancam akan membunuhnya.

Rangkaian kejadian ini lebih dari cukup untuk membuat siapapun merasa terancam jiwanya.

Keluarga Dea tidak tinggal diam.

Mereka melakukan apa yang seharusnya dilakukan warga negara: melapor kepada pihak berwenang. Namun, respons yang diterima justru hampa.

Ibu korban, Yuli Ismawati, dengan isak tangis yang memilukan mengungkapkan keputusasaan mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI