Suara.com - Profesor Riset Bidang Sejarah Sosial Politik pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Asvi Warman Adam mengungkap sejumlah upaya yang dilakukan untuk menyematkan gelar pahlawan kepada ayah hingga kakek Presiden Prabowo Subianto.
Asvi menilai, diundurnya penerbitan hasil penulisan sejarah ulang Indonesia yang digagas Menteri Kebudayaan Fadli Zon, bukan hanya sekedar untuk meredam kritikan publik, tapi sekaligus untuk menyukseskan pemberian gelar pahlawan kepada tiga anggota keluarga Prabowo.
Perilisan hasil penulisan ulang sejarah seharusnya dilaksanakan pada 17 Agustus 2025, bertepatan dengan Hari Ulang RI ke 80 tahun, tapi diundur menjadi 10 November yang merupakan peringatan Hari Pahlawan.
"Jadi, boleh jadi pengunduran, peluncuran Buku Sejarah Indonesia yang baru ini, yang pertama mungkin sekedar memenuhi saran dari DPR supaya tidak tergesa-gesa. Jadi memang tidak 17 Agustus. Tapi, kemungkinan itu pada bulan November bersamaan dengan pengangkatan pahlawan nasional," kata Asvi dalam konferensi pers Refleksi 80 tahu Kemeredekaan RI di Kantor Amnesty Internasional Indonesia, Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Untuk diketahui tiga anggota keluarga Prabowo diusulkan menjadi pahlawan nasional, ayahnya Sumitro Djojohadikusumo, kakeknya Raden Margono Djojohadikusumo, dan mertuanya mantan Presiden ke 2 Soeharto.
Asvi pun melihat terdapat sejumlah rangkain untuk menyukseskan pemberian gelar pahlawan kepada tiga anggota keluarga Prabowo. Di antaranya penunjukkan Fadli Zon yang merupakan kader partai Gerindra sebagai ketua dewan gelar.
"Jadi, kita bisa menduga bahwa ini bagian dari mengembalikan kehebatan Orde Baru itu dengan mengangkat dan memberikan legitimasi juga kepada Prabowo dengan mengangkat tiga orang pahlawan nasional pada bulan November, yaitu Soeharto, mertuanya. Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, dan kakeknya Margono Djojohadikusumo," ujar Asvi.
Selain itu, dia juga menemukan buku-buku tentang Sumitro dan Margono diterbitkan setiap minggu hingga setiap bulan.
"Dan sejarawan seakan-akan berlomba-lomba untuk menyeminarkan kedua tokoh ini, baik Sumitro maupun Prabowo Subianto, karena dengan pikiran mereka sudah mengusulkan sesuatu dan tidak mungkin ditolak," ujarnya.
Baca Juga: Gibran 'Sulap' Dasi di Sidang Tahunan: Disambut Puan Berdasi Merah, Dampingi Prabowo Berubah Biru
![Sumitro Djojohadikusumo [Kaskus]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/08/15/34190-sumitro-djojohadikusumo.jpg)
"Jadi, mereka sudah dapat nama dengan melakukan hal ini. Tapi ini bagian dari rangkaian Buku Sejarah Nasional dengan pengangkatan Dewan Gelar yang akan mengangkat beberapa orang menjadi pahlawan nasional dan saya memperkirakan tiga orang itu akan diangkat pertama," sambungnya.
Dengan demikiannya, kata Asvi, ketika ketiga orang tersebut mendapatkan gelar pahlawan nasional sudah terdapat buku yang mendukungnya.
"Dan itu yang saya lihat dari kenapa ada pengunduran dan semacamnya. Tapi, barangkali kaitannya tadi dengan keserempakan peluncuran Buku Sejarah Nasional yang mengembalikan kejayaan Orde Baru dan memberikan legitimasi juga kepada Presiden Prabowo dengan misalnya ayah atau kakeknya itu menjadi pahlawan nasional," ujarnya.
"Jadi, kalau menurut istilah sepakbola itu namanya itu hattrick. Jadi, mencetak tiga gol di dalam satu pertandingan itu berturut-turut gitu. Jadi, mertua, ayah, dan kakek," sambungnya.