'Garis Tangan, Campur Tangan, Buah Tangan': Puan Maharani Bongkar Borok Demokrasi Pemilu

Jum'at, 15 Agustus 2025 | 13:10 WIB
'Garis Tangan, Campur Tangan, Buah Tangan': Puan Maharani Bongkar Borok Demokrasi Pemilu
Ketua DPR Puan Maharani dalam sidang tahunan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025). [Tangkapan Layar].

Suara.com - Ketua DPR Puan Maharani melancarkan kritik sekaligus otokritik fundamental terhadap anomali praktik demokrasi di Indonesia. 

Secara eksplisit, ia menuding bahwa hasil pemilu tidak lagi murni ditentukan oleh takdir, melainkan telah terdistorsi secara masif oleh intervensi kekuasaan ('campur tangan') dan kekuatan finansial ('buah tangan').

Puan mengawali pidatonya dengan mengingatkan kembali esensi Demokrasi Pancasila yang seharusnya berjiwa gotong royong dan mengutamakan kepentingan kolektif ('kita') di atas ego personal ('saya').

Namun, ia segera menukik pada realitas pahit dalam sistem pemilu yang menjadi arena bagi partai politik, entitas yang disebutnya sebagai 'sokoguru kedaulatan rakyat'.

"Keberhasilan partai politik dalam menjalankan perannya sangat bergantung pada sistem yang menjadi wadahnya. Sebaik apa pun visi dan integritas partai, jika sistem pemilu tidak mendukung terwujudnya kedaulatan rakyat secara nyata, maka suara rakyat berisiko terdistorsi," kata Puan.

Puncak dari kritiknya termanifestasi dalam sebuah metafora tajam yang menggambarkan kondisi elektoral saat ini.

"Saat ini, demokrasi dalam Pemilu kita, selain ditentukan oleh garis tangan, juga sering dipengaruhi oleh campur tangan dan buah tangan," tegasnya.

Puan kemudian mengurai makna di balik metaforanya.  'Garis tangan' ia definisikan sebagai takdir dan kesempatan ilahi. 

Namun, problematikanya terletak pada fakta bahwa tidak semua kontestan memiliki privilese yang sama untuk bisa ikut 'campur tangan' dan menyodorkan 'buah tangan' demi merekayasa arah demokrasi.

Baca Juga: Prabowo Beri Kabar Buruk Jika Kekayaan Alam RI Terus Bocor: Bisa Jadi Negara Gagal!

"Inilah kritik sekaligus otokritik terhadap demokrasi dalam Pemilu kita. Kita harus terus memperbaiki dan menyempurnakannya," seru Puan.

Menurutnya, kondisi ini merupakan pengkhianatan terhadap cita-cita luhur demokrasi yang seharusnya menjamin kesetaraan kesempatan bagi setiap warga negara. 

Ia menyerukan adanya perbaikan fundamental agar demokrasi yang berjalan bukanlah demokrasi yang dikendalikan oleh segelintir elite berkuasa dan bermodal.

"Sebab, demokrasi yang kita cita-citakan bukanlah demokrasi campur tangan dan buah tangan tetapi demokrasi yang memberi kesempatan setara bagi semua warga negara. Marilah kita bangun demokrasi yang menghidupkan harapan rakyat," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI