4 Makna Tersembunyi di Balik Dasi Biru Gibran yang Bikin Heboh di Sidang Tahunan MPR

Andi Ahmad S Suara.Com
Sabtu, 16 Agustus 2025 | 21:26 WIB
4 Makna Tersembunyi di Balik Dasi Biru Gibran yang Bikin Heboh di Sidang Tahunan MPR
Wapres Gibran berdasi merah saat disambut Ketua DPR Puan Maharani di Sidang Tahunan 2025. (Suara.com/Novian)

Suara.com - Ada pemandangan yang tak biasa dan sukses mencuri perhatian publik dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025.

Bukan soal pidato kenegaraan, melainkan aksesori yang dikenakan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Sebuah dasi menjadi pusat perbincangan, memicu spekulasi dan analisis mendalam tentang pesan politik yang mungkin tersembunyi di baliknya.

Saat tiba di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Jumat (15/8), putra sulung Presiden Joko Widodo itu tampak gagah dengan setelan jas hitam yang dipadukan dasi berwarna merah menyala.

Namun, saat sidang dimulai, dasi tersebut secara misterius telah berganti warna menjadi biru. Pergantian warna yang terkesan sepele ini ternyata dibaca sebagai sebuah manuver komunikasi politik tingkat tinggi.

Pengamat Mikroekspresi dan Komunikasi dari Narapatih Institute, Kirdi Putra, membedah fenomena ini dan mengungkap beberapa makna simbolis yang menarik.

Menurutnya, ini bukan sekadar insiden salah kostum. Berikut adalah empat makna tersembunyi di balik pergantian warna dasi Gibran dilansir dari Antara.

1. Mengadopsi Gaya Politik Khas Jawa ala Jokowi

Menurut Kirdi, langkah Gibran ini sangat kental dengan gaya politik sang ayah, Joko Widodo, yang berakar dari budaya Jawa.

Dalam komunikasi politik Jawa, pesan seringkali tidak disampaikan secara gamblang, melainkan melalui simbol, sanepan (sindiran halus), dan gerakan senyap.

Baca Juga: Apa Itu Parenting VOC? Ramai Dikaitkan dengan Soimah, Ternyata Punya Dampak Negatif

"Kalau engkau mau menyerang ke barat, bergeraklah ke timur. Ini cocok sekali (dengan gaya berpolitik yang) dilakukan oleh Pak Jokowi, dan sepertinya oleh keluarganya," kata Kirdi.

2. Simbol Penghormatan dan Kesetiaan pada Prabowo

Makna pertama dari dasi biru tersebut bisa diartikan sebagai bentuk penghormatan Gibran kepada atasannya, Presiden Prabowo Subianto. Warna biru sangat identik dengan koalisi politik yang mengusung Prabowo-Gibran dalam kontestasi sebelumnya.

Dengan mengganti dasi merah (yang sering diasosiasikan dengan partai politik asalnya) menjadi biru, Gibran seolah ingin menegaskan posisinya.

Ia menunjukkan bahwa dirinya kini adalah bagian tak terpisahkan dari pemerintahan Prabowo, loyal, dan siap menjalankan visi bersama. Ini adalah pesan visual yang kuat untuk menunjukkan soliditas di pucuk pimpinan.

Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (tengah) dan Ketua DPR Puan Maharani (kiri) melambaikan tangan saat menghadiri Sidang Paripurna DPR Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2025-2026 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025). [ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wpa]
Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (tengah) dan Ketua DPR Puan Maharani (kiri) melambaikan tangan saat menghadiri Sidang Paripurna DPR Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2025-2026 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025). [ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wpa]

3. Sinyal Kesetaraan: "Saya Juga Layak"

Di sisi lain, Kirdi Putra menawarkan interpretasi kedua yang lebih dalam dan provokatif. Dasi biru itu bisa jadi bukan hanya simbol loyalitas, tetapi juga penegasan posisi Gibran sebagai figur yang setara dan pantas mendampingi Presiden.

Mantan Wali Kota Solo itu seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar "ban serep", melainkan mitra kerja yang memiliki kapabilitas setara. Analisis ini diperkuat dengan pernyataan Kirdi yang menyoroti potensi Gibran sebagai suksesor.

"Bisa jadi diartikan bahwa saya juga layak mendampingi. Kalau ada apa-apa dengan Pak Prabowo, saya layak jadi Presiden, bisa juga dilihat dengan sudut pandang seperti itu, simbolnya. Jadi, kita mau mengartikan yang mana, ya terserah dan sah-sah saja," ujar Kirdi.

4. Sorot Mata Tak Bisa Bohong: Masih Ada Kegugupan

Meskipun piawai memainkan simbol politik, Kirdi menilai bahasa tubuh Gibran menunjukkan sisi lain. Dari sorot matanya, terutama dalam acara kenegaraan besar seperti Sidang Tahunan MPR, Gibran dinilai masih menunjukkan kecanggungan dan kegugupan.

Perasaan ini, menurut Kirdi, juga sering terlihat ketika Gibran mendapat tugas mandiri atau beraktivitas terpisah dari Presiden Prabowo.

"Jadi tidak harus selalu disandingkan dengan Pak Prabowo, apalagi disandingkan dengan Pak Prabowo dalam acara kenegaraan, dimana hampir seluruh pejabat tinggi negara, bukan pejabat negara saja, tapi pejabat tinggi dan tertinggi negara hadir di situ," jelas Kirdi.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI