Suara.com - Bagi sebagian besar masyarakat, Hari Kemerdekaan adalah momen untuk berhenti sejenak dari rutinitas dan merayakannya dengan gegap gempita.
Namun, bagi kebanyakan para pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) atau pasukan oranye, roda perjuangan tak pernah berhenti berputar.
Di saat yang lain libur, mereka tetap menyusuri jalanan, memastikan kebersihan kota sebagai wujud cinta tanah air yang nyata.
Bagi Syahril, seorang pekerja PPSU di Lenteng Agung, kemerdekaan memiliki makna yang sangat personal dan mendalam.
Menurutnya, perjuangan mengisi kemerdekaan tidak hanya terjadi pada tanggal 17 Agustus, melainkan setiap hari dalam usahanya menafkahi keluarga.
“Arti kemerdekaan itu suatu hal yang untuk diri dan keluarga,” ujar Syahril.
“Istilahnya itu kemerdekaan bukan jatuh pada tanggal 17 saja ya, itu setiap hari kita juga udah kemerdekaan, kemerdekaan dalam hal untuk mencari nafkah keluarga supaya keluarga kita jadi bahagia, senang, dan gembira,” lanjutnya.
Rasa bangga terpancar jelas saat ia menjelaskan mengapa ia dan rekan-rekannya tetap bekerja di hari libur nasional. Baginya, ini adalah sebuah panggilan tugas yang tak bisa ditinggalkan.
“Sangat bangga sebagai PPSU walaupun di hari libur dan hari kemerdekaan. Kalau kita nggak ada di jalur, siapa yang mau bersihin jalan?” kata dia.
Baca Juga: PPSU Ditabrak di Tanjung Barat: Pengakuan Sopir Bikin Miris, Ternyata...
Pandangan serupa juga datang dari Ramdoni, rekan Syahril sesama PPSU Lenteng Agung.
Ia melihat pekerjaannya sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan masyarakat, sebuah perjuangan fundamental sebelum memikirkan perjuangan yang lebih besar.
“Pekerjaan PPSU itu suatu pekerjaan yang berguna buat masyarakat, dan tanpa PPSU juga Jakarta nggak bakal sebersih sekarang,” kata Ramdoni.
“Kita juga berjuang agar masyarakat sehat, jadi sebelum memikirkan perjuangan yang lebih, kita mengutamakan kesehatan terlebih dahulu,” lanjutnya.
Momen paling membanggakan bagi Ramdoni adalah ketika ia bisa membantu warga secara langsung, seperti saat menangani banjir akibat saluran tersumbat.
"Kita berusaha untuk membantu masyarakat biar tidak terjadi lagi," tegasnya.
Bentuk perjuangan lain dimaknai oleh Dayat. Baginya, bekerja menjaga lingkungan agar tetap nyaman adalah wujud cinta tanah air, sekalipun terkadang tidak dihargai oleh sebagian orang.
Ia percaya bahwa perjuangan sesungguhnya adalah gotong royong.

“Berjuang itu sama-sama gotong royong untuk masyarakat dan lingkungan,” ucap Pak Dayat singkat namun penuh makna.
Di tengah pengabdian itu, terselip harapan sederhana dari Nurhidayat. Ia hanya ingin pekerjaannya lebih terjamin di segala aspek. Ia pun menitipkan pesan tulus untuk generasi penerus bangsa.
“Mereka harus tetap semangat dan mencontoh orang-orang dulu yang bekerja tanpa pamrih untuk negara kebangsaannya,” kata Nurhidayat.
Pesan semangat juga disampaikan oleh Yeyen, pekerja PPSU lainnya. Sembari berharap kebaikannya akan selalu dikenang, ia berpesan kepada anak-anak muda, “Buat generasi muda tetap semangat, jauhi narkoba.”
Di tengah hiruk pikuk perayaan, para pahlawan kebersihan ini terus bekerja dalam sunyi.
Bagi mereka, kemerdekaan bukanlah sekadar upacara, melainkan keringat yang menetes setiap hari demi keluarga, lingkungan, dan negeri yang mereka cintai.
Artikel ini khusus dibuat Redaksi Suara.com dalam rangka perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia
Reporter : Maylaffayza Adinda Hollaoena