Tradisi Baru Istana: Prabowo Ambil Alih Pembacaan Proklamasi

Denada S Putri Suara.Com
Senin, 18 Agustus 2025 | 14:47 WIB
Tradisi Baru Istana: Prabowo Ambil Alih Pembacaan Proklamasi
HUT RI Prabowo baca teks proklamasi. [Ist]

Suara.com - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu, 17 Agustus 2025, menghadirkan suasana yang berbeda dari peringatan tahun-tahun sebelumnya.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, upacara kenegaraan kali ini tampil bukan sekadar seremoni, melainkan menjadi arena untuk menunjukkan arah baru pemerintahan.

Perayaan tersebut sarat pesan politik: menonjolkan kekuatan pertahanan sekaligus memberi warna baru dalam tata protokoler.

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad termasuk yang menyoroti perubahan tersebut. Ia menilai, perayaan tahun ini dengan jelas menampilkan dimensi pertahanan negara.

“Ada kekuatan alutsista kita, kekompakan TNI-Polri dalam memperingati kemerdekaan, dan tadi juga ditampilkan macam-macam kesenian yang tidak biasa,” ujar Dasco, Senin, 18 Agustus 2025.

Atraksi terjun payung, manuver jet tempur F-16, hingga tim aerobatik Jupiter memberi kesan kuat bahwa prioritas pertahanan menjadi sorotan utama.

Di sisi lain, kehadiran kesenian yang dikemas lebih modern—seperti Tarian Pacu Jalur yang sempat viral—menjadi upaya mendekatkan perayaan kenegaraan dengan publik yang lebih muda.

Namun, satu momen paling menonjol justru datang dari gebrakan protokoler.

Untuk pertama kalinya, Presiden Prabowo Subianto sendiri membacakan teks proklamasi, sebuah tradisi yang sebelumnya selalu dijalankan oleh pimpinan lembaga tinggi negara.

Baca Juga: Bikin Seskab Teddy Joget, Pacu Jalur Ikut Meriahkan HUT ke 80 RI di Istana Negara

Dasco menegaskan, “Ini baru pertama kali presiden membacakan proklamasi di ulang tahun ke-80 kemerdekaan.”

Langkah itu ditafsirkan sebagai penegasan otoritas Presiden Prabowo, bukan hanya sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga panglima tertinggi yang menguasai sepenuhnya simbol-simbol kenegaraan.

Dengan latar belakang militernya, sikap ini konsisten dengan citra kepemimpinan yang tegas dan sentralistik.

Secara keseluruhan, HUT ke-80 RI menjadi titik penting yang menandai pergeseran tradisi.

Bukan lagi sekadar seremoni, melainkan refleksi arah baru: pertahanan yang diperkuat, budaya yang disesuaikan dengan zaman, dan kepemimpinan yang menegaskan otoritasnya di ruang publik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI