Suara.com - Surat dan arsip perjuangan RA Kartini resmi ditetapkan sebagai Memory of the World (MoW) UNESCO, sebuah pengakuan dunia yang menempatkan warisan intelektualnya di panggung global.
Penetapan yang dilakukan pada 17 April 2025 ini bukan sekadar pengakuan atas dokumen bersejarah, melainkan penegasan atas relevansi pemikiran Kartini yang melampaui zaman, terutama bagi perjuangan kesetaraan gender di Indonesia modern.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menyambut baik inisiasi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) ini.
Menurutnya, arsip dan surat-surat Kartini adalah jejak pemikiran visioner yang masih sangat relevan.
“Penetapan arsip surat-surat Kartini sebagai bagian dari Memory of the World (MoW) bukan sekadar tindakan administratif, melainkan simbolik, strategis, dan praktis untuk menjaga warisan intelektual perempuan Indonesia yang visioner," kata Arifah dalam acara Pembukaan Seminar dan Pameran Arsip 'Kartini Masa Kini dan Masa Lalu; Perjuangan Kesetaraan Gender di Indonesia' di Gedung Arsip Nasional, Jakarta.
Arifah menegaskan bahwa surat-surat tersebut adalah saksi bisu tekad seorang perempuan dalam melawan batasan struktural kolonial, khususnya dalam memperjuangkan hak atas pendidikan dan akses terhadap ruang publik.
Gagasan Kartini menjadi pemicu kesadaran bahwa kemerdekaan sebuah bangsa tidak akan pernah lengkap tanpa adanya keadilan bagi perempuan. Pemikirannya menginspirasi perempuan untuk aktif mengambil peran dalam berbagai bidang, mulai dari politik hingga kepemimpinan.
“Perempuan bukan hanya penerima manfaat pembangunan, melainkan agen perubahan di segala lini serta berkontribusi aktif di berbagai bidang pembangunan mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, hingga budaya,” tuturnya.
Di sisi lain, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa penetapan ini adalah pengakuan dunia terhadap kontribusi besar tokoh perempuan Indonesia bagi peradaban global.
Baca Juga: Mengenal Soesalit Djojoadhiningrat, Anak Tunggal RA Kartini yang Jarang Diketahui
Fadli mengakui bahwa perjuangan kesetaraan gender adalah proses panjang yang terjadi di seluruh dunia.
Ia menyoroti bagaimana perempuan Indonesia, khususnya sejak Kongres Perempuan 1928 yang melahirkan pemimpin redaksi Perempuan, Rohana Kudus, telah menunjukkan semangat kepemimpinan.
"Dengan dimasukkannya surat-surat R.A Kartini ke dalam Memory of the World, menandakan dunia telah mengakui warisan intelektual, sumbangan pemikiran Indonesia terhadap pengembangan peradaban global,” katanya.
Kepala ANRI, Mego Pinandito, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil dalam sidang Dewan Eksekutif UNESCO di Paris.
Arsip Kartini merupakan satu dari lima nominasi Indonesia yang berhasil disetujui secara internasional.
Proses ini melibatkan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Belanda, khususnya dengan Arsip Nasional Belanda dan Perpustakaan Universitas Leiden, tempat sebagian koleksi surat Kartini disimpan.