Suara.com - Di tengah riuhnya suara rakyat yang mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan pokok dan sulitnya mencari kerja, sebuah kabar kembali memanaskan jagat politik Indonesia.
Gaji dan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang angkanya fantastis, disebut-sebut bisa mencapai lebih dari Rp100 juta per bulan.
Angka ini sontak menjadi sorotan dan menuai kritik tajam, terutama dari generasi milenial dan anak muda yang semakin skeptis terhadap para wakilnya di Senayan.
Pertanyaan sederhana namun menusuk pun muncul: apakah angka tersebut pantas mereka terima, di saat kinerja mereka kerap menjadi sasaran empuk kritikan dan hujatan publik?
Menelisik Angka Fantastis di Kantong Wakil Rakyat
Berdasarkan berbagai sumber dan rincian yang beredar, pendapatan anggota DPR RI bukan hanya soal gaji pokok.
Justru, "kue" terbesar datang dari berbagai tunjangan yang melekat pada jabatan mereka.
Jika kita bedah, angkanya memang membuat kita mengelus dada.
Mari kita lihat rinciannya, yang jika ditotal, angkanya bisa membuat banyak orang, terutama para fresh graduate atau pekerja UMR, hanya bisa menarik napas panjang:
Baca Juga: Fathian Pujakesuma: Gaji DPR Besar, Tapi Modal Nyaleg Belum Tentu Balik
Gaji Pokok dan Tunjangan Melekat: Angkanya bervariasi tergantung jabatan, namun sudah berada di kisaran puluhan juta rupiah.
Tunjangan Kehormatan: Tambahan "penghargaan" atas status mereka sebagai pejabat negara.
Tunjangan Komunikasi Intensif: Dana untuk memastikan komunikasi mereka tidak terputus, meski terkadang aspirasi rakyat yang coba berkomunikasi justru tak tersambung.
Tunjangan Peningkatan Fungsi Pengawasan dan Anggaran: Sebuah ironi, mengingat fungsi pengawasan ini yang seringkali dipertanyakan publik.
Bantuan Langganan Listrik dan Telepon.
Biaya Perjalanan Dinas: Pos yang paling sering menjadi sorotan karena potensi penyalahgunaannya.