Kami Tak Mau Dipimpin Koruptor: Warga Pati Long March Tuntut Keadilan, Akankah Bupati Sudewo Mundur?

Senin, 25 Agustus 2025 | 14:24 WIB
Kami Tak Mau Dipimpin Koruptor: Warga Pati Long March Tuntut Keadilan, Akankah Bupati Sudewo Mundur?
Kolase aksi demo di Pati menuntut KPK tangkap Sudewo dugaan keterlibatan korupsi. (X.com)

Suara.com - Pati, sebuah kota yang dikenal dengan ketenangan dan kekayaan budayanya, kini bergejolak.

Gelombang ketidakpuasan dan desakan untuk perubahan telah mencapai puncaknya, mengarah pada satu tuntutan tegas: Bupati Sudewo harus mundur dari jabatannya.

Ini bukan sekadar pergantian kepemimpinan biasa, melainkan cerminan dari akumulasi kekecewaan dan harapan akan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berkeadilan.

Aksi damai warga Pati ini merupakan kegiatan lanjutan untuk melengserkan Sudewo. Sebelumnya pada 13 Agustus 2025, ribuan massa menggelar aksi yang sama hingga terjadi kericuhan.

Panggilan Keadilan: Warga Pati Bergerak Menuntut Pertanggungjawaban

Bupati Pati, Sudewo. (Instagram/pemkabpati_)
Bupati Pati, Sudewo. (Instagram/pemkabpati_)

Meski demo hari ini batal di depan Kantor Bupati Pati, semangat warga Pati tak luntur. Hal ini bukanlah tanpa alasan.

Berangkat dari berbagai isu yang mencuat, terutama terkait dugaan praktik korupsi, kepercayaan publik terhadap kepemimpinan daerah mulai terkikis.

Puncaknya, aksi protes yang melibatkan berbagai elemen masyarakat sipil, termasuk dari lapisan akar rumput, dilakukan sebagai bentuk desakan moral dan politik.

Sebuah aksi simbolis yang menarik perhatian adalah ketika warga Pati melakukan long march untuk menyampaikan aspirasi mereka.

Baca Juga: Bupati Pati Akan Jelaskan Kasus Ini di Gedung KPK

Sejumlah spanduk pun ditampilkan dalam aksi jalan ke Pos Indonesia Pati tersebut.

"Jalan kaki kirim surat untuk KPK, warga Pati: 'Kami tak mau dipimpin koruptor'."

Kutipan ini bukan hanya sekadar kalimat, melainkan manifestasi dari kejengkelan dan komitmen warga untuk menolak pemimpin yang diduga terlibat dalam praktik tercela.

Mereka ingin menegaskan bahwa Pati layak mendapatkan pemimpin yang berintegritas dan mendedikasikan diri sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Ketika Barisan Berbalik: Kisah 'Penggembosan' Aksi dan Peran Husein

Husein pentolan demo Pati sepakat damai bersama Bupati Sudewo. (Ist)
Husein pentolan demo Pati sepakat damai bersama Bupati Sudewo. (Ist)

Namun, di tengah semangat perjuangan yang membara, muncul narasi "penggembosan" aksi yang cukup mengejutkan dan memicu polemik di kalangan masyarakat.

Isu ini menyoroti bagaimana upaya untuk melemahkan atau mengalihkan fokus dari gerakan protes dilakukan, terkadang oleh pihak-pihak yang sebelumnya berada di barisan rakyat.

Salah satu nama yang dulunya berada di garda terdepan dalam menyuarakan desakan agar Bupati Sudewo turun dari kursi jabatan adalah Husein.

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh yang vokal dan dianggap sebagai representasi suara rakyat Pati.

Namun, dalam perkembangan yang mengejutkan, Husein justru mendadak berbalik arah, menyerukan agar warga tidak melakukan demo dan mendukung pemerintah.

Fenomena ini sontak memicu pertanyaan besar di benak publik: Mengapa ada perubahan sikap yang drastis?

Apakah ada intervensi? Atau ini adalah strategi untuk meredam gelombang protes yang semakin besar?

Pergeseran loyalitas semacam ini, terlepas dari alasannya, tentu saja menghadirkan keraguan akan independensi gerakan dan integritas individu, sekaligus berpotensi memecah belah solidaritas warga yang telah terbangun.

Ini adalah tantangan bagi warga Pati untuk tetap menjaga fokus pada isu utama, tuntutan keadilan dan pemerintahan yang bersih.

Menolak Arogansi Kekuasaan: Demi Masa Depan Pati yang Lebih Baik

Lebih dari sekadar pergantian kepemimpinan, aksi demo di Pati juga menjadi cerminan penolakan terhadap arogansi kekuasaan.

Kekhawatiran akan kembalinya atau semakin parahnya gaya kepemimpinan yang dianggap otoriter dan tidak mendengarkan suara rakyat adalah salah satu pendorong utama gerakan ini.

Warga Pati, khususnya generasi muda, tidak ingin daerah mereka dipimpin oleh figur yang merasa kebal hukum atau bertindak sewenang-wenang.

Jika tuntutan ini diabaikan, atau jika manuver politik berhasil membungkam suara rakyat, berpotensi menimbulkan preseden buruk bagi demokrasi lokal.

Ini bukan hanya soal figur, tetapi tentang masa depan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan, dan berkeadilan di Pati.

Generasi milenial dan Gen Z memiliki peran krusial dalam mengawal proses ini, memastikan bahwa Pati tidak kembali ke era kepemimpinan yang minim akuntabilitas.

Suara Anak Muda: Bukan Sekadar Aksi, Ini Masa Depan Pemuda

Bagi generasi milenial dan Gen Z, isu-isu politik lokal mungkin terasa jauh dari kehidupan sehari-hari yang penuh dengan media sosial dan tren terbaru.

Namun, justru di tangan kalianlah masa depan Pati akan ditentukan.

Transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik adalah nilai-nilai krusial yang harus diperjuangkan demi lingkungan yang lebih baik, pendidikan yang berkualitas, dan peluang kerja yang adil.

Jangan biarkan narasi "penggembosan" atau manuver politik mengalihkan perhatian dari esensi perjuangan: menuntut keadilan dan menolak pemimpin yang tidak berintegritas.

Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa kekuatan kolektif, terutama dari generasi yang melek informasi, mampu membawa perubahan nyata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?