- Warga Muntilan menolak bantuan beras 20 kg karena stok di rumahnya masih cukup.
- Sikap jujur warga sederhana ini kontras dengan fasilitas berlebih pejabat, termasuk tunjangan beras Rp12 juta DPR.
- Kisah ini menjadi refleksi moral tentang arti "cukup", kejujuran, dan kesadaran tidak mengambil berlebihan.
Suara.com - Kisah mengharukan datang dari proses Verifikasi Data Kemiskinan (VDK) di Kabupaten Magelang. Seorang warga di wilayah Muntilan menolak menerima bantuan beras 20 kilogram dari pemerintah dengan alasan sederhana namun menyentuh hati: persediaan beras di rumahnya masih cukup.
Petugas VDK yang mendatangi rumah warga tersebut mengaku trenyuh dengan sikapnya.
"Niku berase taseh katah," kata sang warga dalam bahasa Jawa, yang berarti beras di rumahnya masih banyak.
Penolakan itu disampaikan tanpa ragu, meski kondisi ekonominya sangat sederhana.
Dilansir dari foto Instagram Undercover.id, satu-satunya simpanan yang terlihat di rumah warga tersebut hanyalah s setengah karung beras yang masih tersisa dan kayu bakar di depan rumah untuk memasak.
Tidak ada harta lain yang tampak berlebih, tetapi rasa "cukup" itu yang membuatnya enggan menimbun bantuan.
"Kulo angsal bantuan beras 20 kg mboten tak pendet, wong sok mboten telas. Sek riyen nggih taseh," tutur sang warga kepada petugas VDK. Artinya, ia memilih tidak mengambil beras karena khawatir tidak habis dimakan, sementara stok sebelumnya masih ada.
![Warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/08/26/98880-warga-magelang-tolak-bantuan-beras-karena-masih-punya-stok-di-rumah-instagram.jpg)
Bagi sang warga, arti cukup sangatlah sederhana. Tidak mengambil sesuatu secara berlebihan, apalagi sampai menimbun bantuan.
Prinsip ini menjadi tamparan keras di tengah kebiasaan sebagian masyarakat yang justru berlomba-lomba menambah simpanan, bahkan ketika belum tentu dibutuhkan.
Baca Juga: Kabar Gembira! Wisata Borobudur Sunrise Kembali Dibuka
Di sisi lain, publik sempat menyoroti kabar bahwa anggota DPR RI mendapatkan tunjangan beras yang nilainya mencapai Rp12 juta per bulan.
Fakta ini menjadi kontras tajam dengan kisah warga Muntilan yang menolak bantuan karena masih memiliki persediaan di rumah.
"Yang tunjangan beras 12 juta ?udah cukup belum ya?" ujar warganet. "Warganya merasa cukup dg apa yg dimiliki,wakil rakyatnya merasa kurang padahal yang mereka miliki lebih dari cukup," sindir yang lainnya.
![Warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/08/26/67883-warga-magelang-tolak-bantuan-beras-karena-masih-punya-stok-di-rumah-instagram.jpg)
Perbandingan ini semakin menegaskan jurang antara kehidupan rakyat kecil yang berpegang teguh pada prinsip "cukup", dengan fasilitas yang diterima para pejabat negara.
Meski hidup sederhana, warga Muntilan tersebut mengajarkan arti kejujuran dan kesadaran untuk tidak mengambil sesuatu di luar kebutuhan.
Berharap Jangan Dicoret dari Daftar Penerima Bantuan
Kisah ini menyisakan kekhawatiran lain. Petugas berharap sikap jujur sang warga tidak berdampak pada pencoretan namanya dari daftar penerima bantuan.
"Semoga pihak pemerintah tidak mencoret data karena bantuan sebelumnya tidak diambil," tulis petugas yang mengunggah foto tersebut.
Fenomena seperti ini mencerminkan bahwa proses verifikasi data penerima bantuan bukan sekadar administrasi, tetapi juga menyentuh aspek moral dan kemanusiaan.
Bahwa ada warga yang meski hidup sederhana, tetap menjunjung tinggi nilai kejujuran dan tidak ingin mengambil sesuatu melebihi kebutuhan.
Kisah dari Muntilan, Magelang ini menjadi refleksi akan arti "cukup" bukan soal berapa banyak yang dimiliki, melainkan seberapa bijak kita mensyukuri apa yang ada.