Viral Remaja 19 Tahun Sudah Punya 5 Anak, Pertama Kali Hamil Saat Kelas 6 SD

Sumarni Suara.Com
Kamis, 28 Agustus 2025 | 10:54 WIB
Viral Remaja 19 Tahun Sudah Punya 5 Anak, Pertama Kali Hamil Saat Kelas 6 SD
Ilustrasi - Remaja 19 Tahun Sudah Punya 5 Anak. (Freepik)

Suara.com - Usia 19 tahun kebanyakan masih pada menikmati masa remajanya dengan bersenang-senang bersama teman sebaya, namun tidak dengan bocah satu ini.

Di usianya yang masih belia, dia sudah punya 5 orang anak.

Melansir MStar, kejadian ini diceritakan oleh wanita asal Malaysia yang tak sengaja satu rumah sakit bersalin dengan remaja ini.

Lewat Threads, wanita itu menceritakan rasa terkejutnya saat tahu gadis remaja di sebelah ruangannya sudah punya 5 anak.

Dia sempat berpikir kalau remaja itu baru melahirkan anak pertama, namun ternyata bukan. Anak pertama gadis itu sudah berusia 6 tahun dan berjenis kelamin perempuan.

"Anak keduanya berusia 4 tahun, anak ketiganya dua tahun, dan anak keempat dan kelimanya baru lahir adalah kembar," tulis wanita itu di Threads.

Ilustrasi hamil. [Dok.Antara]
Ilustrasi hamil. [Dok.Antara]

Dari informasi yang dia dengar, remaja itu mulai hamil anak pertama saat masih kelas 6 SD dan melahirkan saat kelas 1 SMP.

Gara-gara kenyataan itu, dokter yang menangani si remaja itu sampai marah pada sang suami.

Dokter menanyakan apakah suaminya tak kasihan pada istrinya yang masih di bawah umur namun sudah punya 5 anak.

Baca Juga: 7 Fakta Drama Ridwan Kamil: DNA Negatif, Tapi Misteri Uang Bulanan Muncul

Mendengar kisah itu, netizen Indonesia merasa miris karena hal tersebut juga kerap terjadi di negeri ini.

"Kirain kasus begini cuma ada di Indonesia, ngeri banget umur masih 19 tahun udah 5 kali melahirkan dan dia gak trauma, luar biasa sekali. Apakah dia akan nambah sampai 10 anak? Amazing," komentar netizen.

Ada juga yang mempertanyakan kondisi remaja tadi bukan cuma fisik namun soal mentalnya.

"Kalau emang beneran umur 19 anak udah 5, yang jadi pertanyaan mental aman kah? Soalnya aku umur 39, anak 1 aja mental kadang ancur-ancuran, dan bener-bener ngerasa gak sanggup lagi kalau misal nambah anak," komentar netizen lain.

Bahaya dan Risiko Kehamilan di Bawah Umur

Kehamilan di bawah umur, terutama di bawah usia 18 tahun, membawa risiko medis yang signifikan.

Tubuh remaja belum sepenuhnya siap untuk menanggung beban kehamilan dan persalinan.

Secara fisik, panggul remaja masih dalam masa pertumbuhan dan belum matang, sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi saat melahirkan.

Hal ini sering kali berujung pada persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, hingga risiko kematian bagi ibu dan bayi.

Selain risiko fisik, dampak psikologis juga tidak kalah berbahaya.

Remaja yang hamil sering kali mengalami tekanan mental yang berat, termasuk depresi, kecemasan, dan trauma. Mereka harus menghadapi perubahan hidup yang drastis, putus sekolah, dan stigma sosial dari masyarakat.

Beban ini bisa mengganggu perkembangan emosional mereka dan berdampak pada cara mereka mengasuh anak.

"Banyak kasus kehamilan di bawah umur berakhir dengan putus sekolah, hilangnya kesempatan meraih pendidikan dan pekerjaan yang layak, serta memicu kemiskinan dalam keluarga," kata seorang ahli sosiologi.

Pihak keluarga juga akan merasakan dampaknya. Selain beban finansial untuk membiayai persalinan dan kebutuhan bayi, ada tekanan sosial yang mungkin membuat orang tua dan keluarga merasa malu.

Anak yang dilahirkan dari ibu yang masih remaja juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan dan perkembangan di kemudian hari.

Upaya Pencegahan dan Perlindungan

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah melalui revisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang kini diubah menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019. Aturan baru ini menaikkan batas usia pernikahan untuk perempuan dan laki-laki menjadi 19 tahun.

Selain regulasi, edukasi dan sosialisasi juga memegang peranan krusial.

Penting untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada remaja, baik di sekolah maupun melalui program-program komunitas.

Informasi mengenai bahaya seks bebas, penggunaan kontrasepsi, dan hak-hak reproduksi harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan tidak menghakimi.

Peran orang tua dan keluarga juga sangat penting. Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak mengenai masalah ini bisa membantu mencegah remaja mengambil keputusan yang berisiko.

Memberi pemahaman tentang pentingnya pendidikan, perencanaan masa depan, dan bahaya kehamilan di usia muda dapat menjadi benteng pertama bagi anak-anak.

Masyarakat juga perlu dilibatkan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.

Lembaga-lembaga sosial, tokoh agama, dan tokoh masyarakat dapat berperan aktif dalam mengadvokasi larangan pernikahan anak dan memberikan dukungan kepada remaja yang rentan.

Kontributor : Tinwarotul Fatonah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?