- Gus Yahya minta maaf undang akademisi pro-zionis Israel Peter Berkowitz di acara PBNU.
- PBNU tegaskan dukungan penuh pada Palestina, kutuk keras agresi brutal Israel di Gaza.
- Kehadiran Berkowitz di Indonesia, termasuk di UI, picu kecaman publik luas.
Suara.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, secara terbuka menyampaikan permohonan maaf atas kehadiran akademisi pro-zionis Israel, Peter Berkowitz, dalam salah satu agenda resmi PBNU yang memicu kecaman publik.
Gus Yahya mengakui adanya kelalaian dalam proses seleksi narasumber, yang berujung pada undangan terhadap sosok kontroversial tersebut.
"Saya mohon maaf atas kekhilafan dalam mengundang Peter Berkowitz tanpa memperhatikan latar belakang zionisnya," kata Yahya seperti dikutip dari NU Online, Kamis (28/8/2025).
Peter Berkowitz diketahui diundang sebagai salah satu pemateri dalam agenda Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) yang diselenggarakan di Jakarta pada Jumat, 15 Agustus 2025 lalu.
Gus Yahya mengambil tanggung jawab penuh atas insiden ini.
"Hal ini terjadi semata-mata karena kekurangcermatan saya dalam melakukan seleksi dan mengundang narasumber,” ujarnya.
Sementara di tengah kontroversi ini, Gus Yahya menegaskan bahwa sikap PBNU terhadap perjuangan Palestina tidak pernah berubah.
Ia kembali menyatakan dukungan penuh terhadap kemerdekaan Palestina dan mengecam keras agresi militer yang dilakukan oleh Israel.
"Saya dan PBNU mengutuk tindakan-tindakan genocidal yang brutal yang dilakukan oleh pemerintah Israel di Gaza," ujarnya.
Baca Juga: Kontroversi Peter Berkowitz, Pendukung Zionis Israel yang Diundang UI dan NU
Kehadiran Peter Berkowitz di Indonesia tidak hanya terbatas pada acara PBNU.
Sebelumnya, ia juga tercatat menjadi pembicara di Universitas Indonesia, yang turut menuai reaksi negatif dari masyarakat.
Kecaman publik muncul karena rekam jejak Peter Berkowitz sebagai akademisi yang secara terbuka mendukung tindakan penjajahan dan genosida Israel terhadap rakyat Palestina.

Keberpihakannya tergambar jelas dalam sejumlah artikel yang ia tulis, di mana ia menyebut agresi Israel sebagai tindakan membela diri.
Lebih jauh, ia pernah melontarkan usulan agar warga Palestina di Gaza diusir dan direlokasi ke Sinai, Mesir.