7 Korban Meninggal Dunia Periode Demo 28 - 31 Agustus 2025

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 01 September 2025 | 18:06 WIB
7 Korban Meninggal Dunia Periode Demo 28 - 31 Agustus 2025
Kolase foto rantis Brimob melindas driver ojol bernama Affan Kurniawan (kiri), ketujuh anggota Brimob yang berada di dalam rantis tengah diperiksa di Polda Metro Jaya (kanan). [Suara.com]
Baca 10 detik

Suara.com - Aksi unjuk rasa yang pecah di sejumlah daerah di Indonesia memakan korban jiwa. Tidak hanya demonstran, namun warga yang masih harus bekerja di tengah situasi yang tidak menentu juga rawan menjadi korban.

Update korban meninggal dunia dalam aksi demo 28 Agustus – 1 September 2025 sudah ada tujuh orang kehilangan nyawa akibat protes yang dilayangkan kepada pemerintah tersebut.

Berikut adalah daftar korban meninggal pada aksi unjuk rasa di Jakarta, Solo, Yogyakarta, serta Makassar.

1. Affan Kurniawan, Pengemudi Ojol Jakarta

Affan Kurniawan merupakan pengemudi ojek online atau ojol yang meninggal akibat dilindas kendaraan taktis atau rantis Brimob, Kamis (28/8/2025).

Awalnya, Affan yang tidak sedang mengikuti demonstrasi terperangkap dalam arus demonstran yang dipukul mundur polisi bersama sejumlah pengemudi ojol lain.

Di tengah kepanikan, saat barisan aparat merangsek maju, Affan terjatuh dari sepeda motornya. Kemudian dari kejauhan rantis Brimob terus melaju. Tubuh Affan pun terlindas.

“Padahal sempat ditahan sama massa, sudah teriak ada gojek di bawah, tapi tetap enggak digubris,” tutur Didin, rekan kerja Affan sesama pengemudi ojol yang ikut menyaksikan kejadian tersebut.

2. Empat Orang  Meninggal di Demonstrasi Makassar

Baca Juga: Jakarta Kembali Normal, Fasilitas Umum yang Rusak Mulai Diperbaiki

Aksi demonstrasi di Kota Makassar Sulawesi Selatan Jumat (29/8/2025) yang berakhir ricuh hingga terbakarnya Gedung DPRD mengakibatkan lima orang meninggal dunia. 

Empat korban tersebut adalah Saiful Akbar (Plt. Kepala Seksi Kesra Kecamatan Ujung Tanah), Sarinawati (Pegawai DPRD Makassar), M. Akbar Basri (Pegawai DPRD Makassar), dan Rusdamdiansyah (ojek online).

Saiful, Sarinawati, dan Akbar Basri  meninggal saat terjadi kebakaran di Gedung DPRD Makassar. Ketiganya tengah bertugas saat aksi itu terjadi.

Kemudian, Rusdamdiansyah alias Dandi meninggal setelah dikeroyok pendemo di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar Jumat (29/8/2025) malam. Ironisnya, Dandi tewas usai dituduh intel oleh peserta aksi hingga dikeroyok secara membabi-buta.

Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kemenkes Makassar di kawasan CPI dalam kondisi kritis dan berujung kehilangan nyawa. Dandi tewas “dibunuh” warga sendiri. Lebih ironis lagi, kasus yang menimpa Dandi seakan “dilenyapkan.”

3. Rheza Sendy Pratama, Mahasiswa Yogyakarta

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama, dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (31/8/2025) pagi.

Ia merupakan salah satu peserta aksi di Polda DIY yang sempat dilarikan ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam kondisi kritis.

Manager Hukum dan Humas RSUP Dr. Sardjito, Banu Hermawan, menyebutkan penyebab kematian Rheza masih didiagnosis secara medis sebagai henti jantung.

"Penyebabnya kita tidak atau belum mengetahui kausannya kenapa, tetapi kami dalam bahasa medis kita sebut dengan cardiac arrest atau henti jantung. Nah itu yang kita lakukan," kata Banu saat ditemui wartawan, Senin (1/9/2025).

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa pihak rumah sakit tidak bisa membuka detail kondisi fisik korban.

Hasil pemeriksaan itu sementara tetap akan disimpan oleh rumah sakit dan akan diberikan kepada pihak berwajib jika memang diperlukan.

4. Sumari, Tukang Becak di Solo

Kabar duka juga datang dari Kota Solo, Jawa Tengah. Seorang tukang becak berusia 60 tahun, Sumari tewas saat terjadi kericuhan demonstrasi kota tersebut. Aksi berlangsung di Gladak hingga Balai Kota.

Satori meninggal diduga akibat terdampak paparan gas air mata saat demonstrasi berlangsung, Jumat (29/8/2025). Saat itu, Sumari tengah tertidur di becaknya di emperan Pasar Gedhe.

Namun, keluarga juga menyebut bahwa Sumari memiliki riwayat jantung dan asma.

Sumari ikut terdampak meskipun Pasar Gede bukan menjadi pusat demonstrasi akibat gas air mata yang ditembakkan ikut terbawa angin. Kawasan tersebut hanya berjarak sekitar 1 km dari Gladak dan Balai Kota.

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?