Prabowo Diminta Bentuk Tim Pencari Fakta: Usut Kekerasan Aparat hingga Isu Makar

Bernadette Sariyem Suara.Com
Jum'at, 05 September 2025 | 12:51 WIB
Prabowo Diminta Bentuk Tim Pencari Fakta: Usut Kekerasan Aparat hingga Isu Makar
Presiden Prabowo dalam konferensi pers tentang aksi massa serta kerusuhan di banyak kota besar, Minggu (31/8/2025). (Instagram/prabowo)
Baca 10 detik
  • Prabowo didesak membentuk tim indenden pencari fakta kerusuhan Agustus.
  • Tim juga bisa menilisik soal isu makar dan darurat militer
  • Tim pencari fakta harus dibentuk guna menunjukkan integritas Prabowo di mata dunia.

Suara.com - Presiden Prabowo Subianto didesak segera membentuk tim independen pencari fakta, untuk menyelidiki kerusuhan serta kekerasan aparat yang terjadi sepanjang periode 25 Agustus sampai 30 Agustus 2025.

Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, menuturkan tim independen itu penting dibentuk untuk memastikan seluruh informasi terkait rentetan peristiwa kekerasan dapat diakses masyarakat secara transparan dan akurat.

Untuk diketahui, pada periode tersebut, kerusuhan yang meluas di berbagai kota. Laporan menunjukkan sedikitnya 10 korban jiwa, ribuan orang ditangkap, yang memicu keprihatinan warga sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.

"Ini sudah menjadi sorotan internasional, termasuk kritik dari PBB atas banyaknya korban kekerasan dalam menyampaikan pendapat," kata Syahganda, Jumat (5/9/2025).

Lebih jauh, Syahganda menyoroti beberapa insiden sensitif yang wajib diinvestigasi secara tuntas oleh tim independen.

Ia menyebutkan, tabir kebenaran harus dibuka lebar-lebar untuk menghindari spekulasi liar yang dapat memperkeruh suasana.

"Sejumlah hal sensitif seperti penjarahan rumah anggota DPR dan menteri keuangan, isu darurat militer, dan terbunuhnya mahasiswa serta pelajar oleh aparat, harus dibongkar tuntas," kata dia.

Selain itu, Syahganda juga mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam melakukan penangkapan terhadap para aktivis, termasuk yang baru-baru ini menimpa Direktur Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen.

Menurutnya, pendekatan represif tanpa investigasi yang komprehensif hanya akan melahirkan masalah baru.

Baca Juga: Prabowo Sebut Ada Makar dan Terorisme, Ferry Irwandi: Ibarat Kapal Tenggelam, Jangan Salahkan Air

Ia menyarankan agar pemerintahan Prabowo memulai investigasi dengan kacamata yang lebih luas.

Misalnya, lebih dulu menganalisis sebab-sebab sosial-politik yang menjadi akar masalah, sebelum menunjuk hidung para aktor yang terlibat.

"Tanpa metode seperti itu, nanti akan muncul saling fitnah dan kambing hitam."

Dengan metode investigasi yang serius dan tepat sasaran, Syahganda berharap Presiden Prabowo dapat memenuhi janjinya untuk menegakkan hukum seadil-adilnya.

Itu juga, kata dia, sekaligus membuktikan tuduhannya sendiri mengenai adanya kekuatan besar di balik kerusuhan.

"Supaya tuduhan Prabowo soal unsur makar dan terorisme yang didalangi mafia gas dalam kasus itu bisa dibongkar," kata dia lagi.

Tragedi kemanusiaan ini bukan sekadar statistik. Di balik angka 10 korban jiwa, terdapat nama, cerita, dan keluarga yang berduka.

Mereka adalah warga sipil dari berbagai latar belakang yang menjadi korban dalam pusaran kekacauan:

  1. Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang tewas mengenaskan setelah diduga dilindas oleh kendaraan aparat Brimob.
  2. Abay, Sarinawati, dan Saiful, ketiganya tewas dalam insiden kebakaran yang melanda gedung DPRD Makassar saat aksi memanas.
  3. Rusdamdiamsyah, menjadi korban pengeroyokan fatal di depan Universitas Muslim Indonesia (UMI) karena dituduh sebagai intelijen.
  4. Sumari, seorang tukang becak di Solo yang meninggal dunia akibat sesak nafas di tengah bentrokan yang dipenuhi gas air mata.
  5. Rheza, mahasiswa AMIKOM Yogyakarta, yang nyawanya tak tertolong setelah terpapar gas air mata dalam konsentrasi tinggi.
  6. Andika Luthfi Falah, seorang siswa SMKN 14 Kabupaten Tangerang, menghembuskan nafas terakhir di RSAL Mintohardjo setelah dirawat selama tiga hari pasca-aksi 29 Agustus.
  7. Iko Juliant Junior, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), yang tewas setelah diduga dipukuli oleh aparat meskipun dilaporkan sudah memohon ampun.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?