- Raja Juli Antoni dipanggil Presiden membahas hutan sebagai cadangan pangan, energi, dan air serta konservasi gajah.
- Raja Juli minta maaf setelah foto bermain domino dengan eks tersangka pembalak liar viral.
- Pertemuan menteri di Istana membahas program strategis dan laporan ketahanan nasional.
Suara.com - Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, tiba-tiba dipanggil Presiden RI, Prabowo Subianto ke Istana Kepresidenan, Selasa (9/9/2025).
Pertemuan ini turut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, dan jajaran menteri lainnya.
Dikutip dari Antara, para menteri mulai berdatangan ke Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, sekitar pukul 14.00 WIB.
Raja Juli Antoni menjadi pusat perhatian lantaran membawa sejumlah data penting terkait pengelolaan hutan sebagai cadangan pangan, energi, dan air, yang dinilai krusial untuk strategi ketahanan nasional.
"Saya kira nanti saya akan menyiapkan bahan tentang hutan cadangan pangan dan energi dan air," ujar Raja Juli Antoni.
Selain itu, Raja Juli juga akan memaparkan perkembangan program Peusangan Elephant Conservation Initiative (PECI) di Aceh, termasuk lahan yang diberikan oleh Presiden Prabowo untuk konservasi gajah. Tak hanya itu, ia juga menyiapkan rencana restorasi hutan di Way Kambas, Lampung, sebagai bagian dari upaya pemulihan ekosistem.
Airlangga Hartarto menyebut dirinya dipanggil Presiden untuk membahas isu ekonomi. "Nanti kita lihat, ya biasalah kalau di tempat saya kan ekonomi, update," katanya.
Ia juga menyebut Presiden memanggil Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Hadir pula dalam ratas Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nusron Wahid serta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, yang diperkirakan juga menyampaikan laporan terkait program strategis masing-masing.
Viral Raja Juli Main Domino
Sebelumnya, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni meminta maaf kepada Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat usai foto dirinya bermain domino bersama eks tersangka pembalak liar, Aziz Wellang, viral di media sosial.
Peristiwa tersebut terjadi pada 1 September 2025 dan menjadi sorotan publik hingga menimbulkan polemik.
"Dari hati yang terdalam, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada Pak Presiden Prabowo, kepada Komisi IV mitra saya, dan terutama maaf saya tentu kepada masyarakat Indonesia atas kericuhan yang terjadi karena foto yang beredar tersebut," ujar Raja Juli Antoni di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025).
Permohonan maaf ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi Raja Juli Antoni sebagai pejabat publik untuk lebih berhati-hati. Ia menekankan pentingnya memahami sensitivitas masyarakat dan bertindak lebih aspiratif.
"Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi saya sebagai pejabat publik untuk lebih hati-hati, lebih aspiratif, lebih mampu membaca sensitivitas masyarakat," tambahnya.
Kronologi pertemuan tersebut dijelaskan oleh Raja Juli Antoni bahwa momen bermain domino itu terjadi ketika ia mengunjungi eks Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, di Posko KKSS. Karding sendiri merupakan Sekjen KKSS.
Raja Juli mengaku berbincang hampir tiga jam dengan Karding di ruang terpisah sebelum akhirnya berada di ruang yang sama dengan Aziz Wellang dan pengurus lain yang tengah bermain domino.
"Jadi saya dari toilet mau pulang, terus di (bilang) 'main dulu'. Mereka sedang main. Karena Mas Karding ada di situ, dua orang berdiri, saya duduk di sana. Dan saya cuma main dua kali, setelah itu saya pulang," jelasnya.
Raja Juli Antoni menegaskan bahwa ia sama sekali tidak mengenal Aziz Wellang dan tidak mengetahui statusnya sebagai tersangka saat itu.
Sebagai informasi, Aziz Wellang kini tidak lagi berstatus tersangka setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan permohonan praperadilan pada 9 Desember 2024. Dari foto yang beredar, Raja Juli mengenakan batik, sedangkan Karding memakai baju putih. Klarifikasi ini diharapkan meredam polemik yang muncul di masyarakat.