Mirip Indonesia? Demo Berdarah di Nepal karena Rakyat Muak Lihat Keluarga Pejabat Flexing

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 10 September 2025 | 10:28 WIB
Mirip Indonesia? Demo Berdarah di Nepal karena Rakyat Muak Lihat Keluarga Pejabat Flexing
Aksi demo berdarah di Nepal. (Foto: via Al Jazeera)
Baca 10 detik
  • Amuk massa berdarah di Nepal dipicu oleh konten viral di TikTok
  • Protes yang dimotori oleh Gen Z berlangsung sangat brutal
  • Tekanan massa yang luar biasa berhasil memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur

Suara.com - Pemandangan yang mungkin terasa tidak asing bagi publik di Indonesia kini terjadi dalam skala yang jauh lebih ekstrem di Nepal. Kemarahan publik yang memuncak akibat muak melihat gaya hidup mewah dan pamer (flexing) keluarga pejabat telah meledakkan gelombang protes berdarah yang dipimpin oleh Generasi Z (Gen Z).

Ibu Kota Kathmandu berubah menjadi medan perang, di mana rumah Perdana Menteri dibakar dan menterinya dikejar-kejar di jalanan seperti buronan.

Sebuah video yang mengguncang dunia maya merekam momen dramatis saat Menteri Keuangan Nepal, Bishnu Prasad Paudel, yang berusia 65 tahun, lari tunggang langgang di jalanan Kathmandu.

Puluhan anak muda mengejarnya dengan amarah. Dalam sekejap, seorang pengunjuk rasa dari arah berlawanan melancarkan tendangan terbang yang telak mengenai sang menteri, membuatnya terhempas ke tembok.

Video tersebut menunjukkan, menteri Nepal itu tidak membuang waktu dan langsung bangkit, lalu kembali berlari. Video terputus pada titik ini.

Pemicu utama amukan massa ini ternyata berawal dari media sosial. Sejak Jumat (5/9/2025), platform TikTok, yang tidak ikut diblokir oleh pemerintah, dibanjiri oleh video-video viral.

Konten tersebut secara tajam membandingkan potret perjuangan hidup rakyat jelata Nepal dengan foto dan video anak-anak politisi yang tanpa malu memamerkan barang-barang mewah dan liburan mahal ke luar negeri.

Konten "flexing" inilah yang menjadi bensin, menyulut api kemarahan yang sudah lama terpendam. Protes yang awalnya hanya menuntut pencabutan larangan media sosial dan pemberantasan korupsi sejak Senin (8/9/2025), berubah menjadi gerakan revolusi yang menuntut kepala para pemimpinnya.

Meskipun pemerintah akhirnya mencabut blokir terhadap Facebook, YouTube, dan X (dulu Twitter), amarah massa sudah tidak bisa dibendung. Juru bicara kepolisian Kathmandu, Shekhar Khanal, mengonfirmasi bahwa situasi telah di luar kendali.

Baca Juga: Update Demo Berdarah di Nepal, Istri Eks Perdana Menteri Tewas Disiksa dan Terbakar Hidup-hidup

"Ada pengunjuk rasa di jalanan di banyak wilayah. Terjadi kasus-kasus pembakaran serta penyerangan," tuturnya dikutip NDTV.

Tekanan publik yang begitu dahsyat akhirnya membuahkan hasil. Perdana Menteri KP Sharma Oli secara resmi mengundurkan diri. Keputusan ini diambil sehari setelah tindakan keras aparat keamanan menewaskan sedikitnya 19 orang, menjadikannya salah satu protes paling mematikan dalam sejarah Nepal modern.

Pengunduran diri Oli, yang baru memulai masa jabatan keempatnya tahun lalu, menyusul tiga menteri lainnya yang lebih dulu lempar handuk.

Ironisnya, kejatuhan rezim ini terjadi justru setelah tuntutan awal mereka soal media sosial dipenuhi, membuktikan bahwa akar masalahnya jauh lebih dalam yakni sebuah krisis kepercayaan akibat korupsi dan gaya hidup elite yang menyakiti hati rakyat.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI