- Tantowi Yahya menilai gaya komunikasi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang blak-blakan adalah “bahasa pasar” yang dibutuhkan saat ini.
- Menurut Tantowi, keberanian Purbaya bicara tanpa beban lahir karena posisinya diperoleh berdasarkan keahlian, bukan politik.
- Tantowi memuji pendekatan Purbaya yang mengutamakan realitas pasar dibanding angka di atas kertas.
Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjadi korban viral di hari pertamanya. Belum 24 jam menjabat, ia habis "dirujak" publik karena gaya bicaranya yang dianggap tidak pantas, memaksanya untuk meminta maaf.
Publik pun mengira ia akan berubah menjadi menteri yang normatif dan penuh basa-basi.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Dalam rapat perdananya dengan DPR, Purbaya malah tampil lebih garang, lebih otentik, dan lebih "koboy".
Fenomena ini mendapat pembelaan cerdas dari diplomat senior, Tantowi Yahya, yang menyebut bahwa gaya "bahasa pasar" Purbaya inilah disebutnya yang mungkin akan menyelamatkan ekonomi Indonesia.
1. Krisis Hari Pertama: "Habis Dirujak Publik"
Kita semua ingat awalnya. Penampilan perdana Purbaya sebagai Menkeu langsung menuai badai kritik. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos dan tanpa filter dianggap tidak mencerminkan wibawa seorang bendahara negara.
"Purbaya sebagai Menkeu baru habis dirujak publik. Barangkali karena desakan sana sini, diapun minta maaf," tulis Tantowi Yahya dalam analisisnya di media sosial.
Ekspektasi publik saat itu jelas: Purbaya akan "jinak".
2. Momen di DPR: Kembali ke "Setelan Pabrik"
Baca Juga: Beda Klarifikasi Menkeu Purbaya dan Yudo Sadewa sol Postingan Sri Mulyani Agen CIA
Ekspektasi itu hancur berkeping-keping saat Purbaya menghadapi Komisi XI DPR. Alih-alih tampil hati-hati, ia justru kembali ke "setelan pabrik"-nya.
"Raker pertamanya dengan Komisi XI DPR RI ternyata mempertegas siapa dirinya. Purbaya kembali bicara apa adanya, tanpa basa basi dan rasa takut," ungkap Tantowi.
Tantowi bahkan menyoroti momen lucu di mana para pejabat eselon I yang mendampingi Purbaya terlihat cemas.
"Sementara para wamen dan pejabat eselon 1 yang mendampinginya terlihat tidak nyaman, bahkan barangkali ada yg dongkol dengan pilihan Presiden ini hehe," candanya.

3. Analisis Tajam Tantowi: "Dia Bicara Bahasa Pasar"
Inilah inti dari pembelaan Tantowi Yahya. Ia berargumen bahwa gaya Purbaya bukanlah sebuah kekurangan, melainkan sebuah kebutuhan mendesak di tengah kondisi saat ini.
"Kita tengah dipertontonkan gaya baru komunikasi seorang menteri... Purbaya tidak bicara seperti seorang akademisi atau ekonom. Dia bicara bahasa pasar, tempat dia dibesarkan," tulisnya.
Menurut Tantowi, ini sangat penting karena saat ini ada jurang besar antara data di atas kertas dengan realita di lapangan.
"Angka-angka ekonomi dan statistik bisa jadi mengembirakan tapi kondisi pasar bicara sebaliknya. Sepertinya memang pasar lah yang harus dijadikan prioritas sekarang ini," tegasnya.
4. Rahasia Keberanian: "Bicara Tanpa Beban"
Mengapa Purbaya begitu berani menjadi dirinya sendiri? Tantowi memberikan analisis karakter yang mendalam. Ia menilai keberanian Purbaya lahir karena ia mendapatkan jabatannya bukan melalui intrik politik.
"Purbaya bicara tanpa beban karena jadi menteri bukanlah sesuatu yang dia perjuangkan dengan menyikut kanan kiri. Jilat sana sini," jelas Tantowi.
Ini adalah potret seorang profesional yang ditempatkan di sebuah posisi karena keahliannya, bukan karena manuver politiknya.
Tantowi menutup analisisnya dengan sebuah harapan besar, meskipun tetap dengan catatan. "Memperhatikan ucapan dan tekadnya selama dua hari ini bisa jadi (insyaaallah) dia yang akan menyelamatkan ekonomi kita yang terus terpuruk," harapnya.
Namun, ia juga sadar ini adalah sebuah pertaruhan. "Kita kasih dia kesempatan bekerja. Waktu akan membuktikan apakah Presiden memilih orang yang benar atau sebaliknya."
Bagaimana menurut Anda? Apakah gaya komunikasi "bahasa pasar" yang blak-blakan ini adalah angin segar yang dibutuhkan, atau justru akan menjadi blunder berkelanjutan?
Diskusikan di kolom komentar!