- Sukitman tak seharusnya ditawan pasukan Cakrabirawa hingga akan dieksekusi di Lubang Buaya.
- Namun mengapa polisi ini lolos dari Maut G30S PKI dan malah jadi saksi kunci?
- Ada sosok malaikat penyelamat yang juga secara kebetulan berada di situasi brutal ini.
Suara.com - Malam 1 Oktober 1965 menjadi salah satu titik paling kelam dalam sejarah Indonesia dan hari paling mengerikan bagi Sukitman.
Namun, di tengah kebrutalan peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI), terselip sebuah kisah tentang takdir, kebetulan, dan nurani yang menyelamatkan satu nyawa.
Nama itu adalah Sukitman, seorang Agen Polisi Tingkat II yang secara tak sengaja menjadi saksi kunci kekejaman di Lubang Buaya.
Pertanyaan yang terus mengemuka adalah mengapa Sukitman tidak ikut dibunuh bersama para jenderal? Padahal ia termasuk salah satu orang yang ditawan oleh Cakrabirawa.
Jawabannya bukanlah sebuah kebetulan tunggal, melainkan persimpangan antara tiga faktor krusial.
Statusnya yang dianggap tidak penting, sebuah keberanian yang lahir dari hati nurani, dan takdir yang membawanya menjadi penunjuk jalan bagi terungkapnya sejarah.
Tempat dan Waktu yang Salah
Keterlibatan Sukitman dalam tragedi G30S dimulai dari sebuah ketidaksengajaan.
Lahir pada tahun 1943 di Pelabuhan Ratu, Sukitman adalah seorang polisi muda yang baru dua tahun bertugas.
Pada dini hari nahas itu, ia tengah berpatroli rutin di sekitar Blok M, Kebayoran Baru.
Baca Juga: Profil Yunus Yosfiah, Jenderal TNI yang Melarang Penayangan Film G30S/PKI Sejak 1998
Sekitar pukul 03.00 WIB, suara rentetan tembakan memecah keheningan malam dari arah kediaman Brigjen D.I. Pandjaitan.
Didorong oleh naluri sebagai aparat, Sukitman mengayuh sepeda kumbangnya menuju sumber suara untuk memeriksa apa yang terjadi.
Namun, keberaniannya justru membawanya ke dalam pusaran peristiwa. Ia diadang oleh pasukan berseragam loreng dengan baret merah.
Tanpa sempat memahami situasi, ia ditodong senjata dan diteriaki, "Turun! Lempar senjata dan angkat tangan!"
Matanya ditutup kain merah dan tangannya diikat. Sukitman kemudian dilemparkan ke dalam sebuah truk dan dibawa bersama para jenderal menuju sebuah tempat yang kelak dikenal sebagai Lubang Buaya.
Ia bukanlah target utama; ia hanyalah seorang polisi patroli yang berada di waktu dan tempat yang salah.