Simbol Palu Arit PKI Ditemukan di Kampus Unmul, Pihak Rektorat: Itu Peraga Pembelajaran

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 02 September 2025 | 17:02 WIB
Simbol Palu Arit PKI Ditemukan di Kampus Unmul, Pihak Rektorat: Itu Peraga Pembelajaran
Lukisan berlambang PKI ditemukan tim Polresta Samarinda bersamaan dengan penyitaan barang bukti bom molotov untuk aksi demonstrasi. (ANTARA/HO-Dimas).
Baca 10 detik
  • Polisi menemukan lukisan berlambang PKI dan 27 bom molotov
  • Universitas Mulawarman mengklaim lukisan tersebut adalah murni alat peraga
  • Sementara universitas memberikan penjelasan terkait lukisan, kasus bom molotov tetap diproses

Suara.com - Suasana di lingkungan Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, memanas setelah pihak kepolisian menemukan sebuah lukisan berlambang Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam area Kampus 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Jalan Banggeris.

Penemuan ini menjadi sorotan tajam karena terjadi bersamaan dengan penyitaan 27 bom molotov di lokasi yang sama, tepat sehari sebelum rencana aksi demonstrasi besar pada 1 September 2025.

Menanggapi temuan yang berpotensi memicu kontroversi besar ini, pihak rektorat Unmul segera memberikan klarifikasi.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof Moh Bahzar, menegaskan bahwa lukisan tersebut sama sekali tidak terkait dengan penyebaran ideologi terlarang. Sebaliknya, benda itu merupakan properti akademik murni.

"Ini tidak terkait dengan gerakan ideologi terlarang, melainkan hanya untuk peraga pembelajaran tentang sejarah demokrasi Indonesia," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof Moh Bahzar di Samarinda, dilansir Antara, Selasa (2/9/2025).

Prof Bahzar menjelaskan lebih lanjut bahwa lukisan palu arit tersebut adalah bagian dari materi perkuliahan yang digunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Tujuannya adalah untuk memvisualisasikan konstelasi politik di Indonesia pada era pemerintahan Presiden Soekarno.

"Itu murni untuk pembelajaran sejarah. Mahasiswa sedang mempelajari konstelasi politik pada era Presiden Soekarno, di mana saat itu terdapat beberapa partai besar, termasuk PKI," terang Prof Bahzar.

Menurutnya, pihak rektorat telah memanggil program studi terkait untuk dimintai keterangan. Hasilnya mengonfirmasi bahwa gambar tersebut dibuat sebagai alat bantu visual agar mahasiswa lebih mudah memahami peta perpolitikan masa lalu, di mana lambang-lambang partai politik pada era tersebut, termasuk PKI, ditampilkan sebagai bagian dari materi studi yang objektif.

Pihak universitas menjamin bahwa tidak ada niat penyebaran paham komunisme atau aktivitas terlarang lainnya di lingkungan kampus.

Baca Juga: Penyintas Tragedi 1965 : Puluhan Tahun Dibungkam, Tak Berani Ungkap Identitas ke Publik

Prof Bahzar menegaskan bahwa mempelajari sejarah secara utuh menuntut mahasiswa untuk mengetahui berbagai peristiwa masa lalu, termasuk eksistensi partai-partai politik yang pernah ada di Indonesia.

"Pihak kampus menjamin ini tidak ada hubungannya dengan gerakan terlarang. Ini murni konteks akademik, karena mahasiswa sejarah harus belajar tentang apa saja yang terjadi di masa lalu, dari era Orde Lama hingga Reformasi," tegasnya.

Meski pihak kampus telah memberikan penjelasan dari sisi akademik, penemuan ini tetap menjadi catatan serius bagi kepolisian. Lukisan tersebut ditemukan dan disita saat aparat melakukan penggerebekan terkait persiapan aksi demonstrasi.

Dalam kasus bom molotov, kepolisian telah bergerak cepat dan mengidentifikasi empat mahasiswa sebagai terduga perakitnya. Pihak Unmul menyatakan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus kriminal tersebut kepada aparat yang berwenang, sembari memastikan aktivitas akademik, khususnya pembelajaran sejarah, tetap berjalan sesuai koridor keilmuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?