Tragedi Al Khoziny Disorot Dunia, Media Asing Laporkan Kepanikan Orang Tua dan Penyelamatan Santri

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 02 Oktober 2025 | 17:43 WIB
Tragedi Al Khoziny Disorot Dunia, Media Asing Laporkan Kepanikan Orang Tua dan Penyelamatan Santri
Tragedi runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. (Dok. BNPB)
Baca 10 detik
  • Tragedi robohnya Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo menarik perhatian media internasional
  • Operasi penyelamatan menghadapi tantangan ekstrem, termasuk risiko getaran, potensi longsor, dan ruang terbatas
  • Meskipun "masa emas" 72 jam hampir berakhir dan sempat terganggu gempa, penggunaan teknologi canggih berhasil mendeteksi tanda-tanda kehidupan

Suara.com - Insiden tragis robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, telah menjadi sorotan utama media internasional. Kantor berita asal Prancis, Agence France-Presse (AFP), secara intensif melaporkan upaya penyelamatan dramatis yang diwarnai kepanikan keluarga korban dan kompleksitas teknis di lapangan.

Dalam laporannya, AFP menyoroti bagaimana tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi korban dari puing-puing bangunan. Pada Rabu (1/10/2025), harapan sempat menyala ketika lima korban berhasil ditarik dalam keadaan hidup, meski diiringi kabar duka dengan ditemukannya dua korban meninggal dunia.

"Hari ini kami berhasil mengevakuasi tujuh korban, lima di antaranya diselamatkan hidup-hidup, dan dua ditemukan tewas," kata Yudhi Bramantyo, direktur operasional layanan SAR, dalam sebuah konferensi pers yang dikutip oleh AFP.

Laporan tersebut juga menggarisbawahi tekanan luar biasa dari para orang tua yang cemas, mendesak agar proses pencarian puluhan anak mereka yang diyakini masih terperangkap di bawah reruntuhan dapat dipercepat.

Lebih jauh, media asing tersebut mengulas tingkat kesulitan operasi penyelamatan yang dinilai sangat rumit dan berbahaya. Mengutip Kepala Badan SAR Nasional, Mohammad Syafii, AFP menjelaskan bahwa getaran sekecil apa pun dapat memicu keruntuhan lebih lanjut, sehingga tim harus bekerja dengan sangat hati-hati.

"Jika terjadi getaran di satu tempat, hal itu dapat memoengaruhi tempat lain. Jadi sekarang, untuk mencapai lokasi korban, kami harus menggali terowongan bawah tanah," ujar Syafii.

Proses penggalian terowongan ini pun bukan tanpa risiko. Ancaman tanah longsor dan ruang gerak yang sangat terbatas menjadi tantangan utama. Terowongan yang dibuat hanya menyediakan akses selebar 60 sentimeter karena terhalang kolom beton dari struktur bangunan yang runtuh.

Untuk memaksimalkan peluang, tim SAR mengerahkan teknologi canggih, termasuk drone pendeteksi panas, untuk melacak tanda-tanda kehidupan. Upaya ini menjadi krusial mengingat "masa emas" 72 jam untuk harapan hidup korban mendekati batas akhir. Hingga kini, tanda-tanda kehidupan telah terdeteksi di tujuh area berbeda. Tim penyelamat berupaya mengirimkan makanan dan air melalui satu titik akses yang berhasil dibuat.

Upaya penyelamatan sempat terganggu oleh gempa bumi yang terjadi di lepas pantai, menambah daftar panjang kesulitan yang dihadapi tim di lapangan. Di tengah ketegangan, AFP menggambarkan suasana haru di sekitar lokasi, di mana organisasi amal lokal mendirikan posko untuk menyediakan makanan dan minuman bagi keluarga korban yang setia menunggu kabar dengan penuh kecemasan.

Baca Juga: Drama Penyelamatan Santri Ponpes Al Khoziny, Tim Rescue Surabaya Bertaruh Maut di Bawah Reruntuhan

Penyebab runtuhnya bangunan juga tak luput dari sorotan. AFP melaporkan kesaksian warga yang menyebut keruntuhan itu begitu dahsyat hingga getarannya terasa di seluruh lingkungan sekitar.

Juru bicara badan penanggulangan bencana nasional menyatakan bahwa bangunan tersebut ambruk setelah pilar fondasinya gagal menopang beban konstruksi baru yang sedang dikerjakan di lantai empat.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI