Profil Sanae Takaichi, Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang yang Dijuluki Wanita Besi

Yohanes Endra Suara.Com
Kamis, 23 Oktober 2025 | 13:11 WIB
Profil Sanae Takaichi, Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang yang Dijuluki Wanita Besi
Perdana Menteri Jepang perempuan pertama, Sanae Takaichi (Instagram/takaichi_sanae)

Suara.com - Sanae Takaichi resmi mencatat sejarah sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang setelah memenangkan pemilihan ketua legislatif pada 21 Oktober lalu.

Takaichi menang dalam pemungutan suara internal partai, mengalahkan Shinjiro Koizumi dalam pemilihan putaran kedua di kantor pusat LDP di Tokyo.

Setelah kemenangannya, ia segera dijadwalkan bertemu dengan Kaisar Naruhito untuk secara resmi dikukuhkan.

Momen tersebut sekaligus menandai babak baru dalam politik Jepang yang selama ini didominasi laki-laki.

Lalu seperti apa sosok Sanae Takaichi yang menjadi perdana menteri perempuan pertama di Jepang? Berikut profilnya.

Profil Sanae Takaichi

Perdana Menteri Jepang perempuan pertama, Sanae Takaichi (Instagram/takaichi_sanae)
Perdana Menteri Jepang perempuan pertama, Sanae Takaichi (Instagram/takaichi_sanae)

Sanae Takaichi lahir di Prefektur Nara, Jepang tengah, pada 7 Maret 1961. Usianya kini sudah menginjak 64 tahun.

Latar belakang Takaichi relatif sederhana, ibunya adalah seorang polisi dan ayahnya bekerja di sebuah perusahaan mobil

Takaichi menempuh pendidikan di Universitas Kobe. Latar pendidikannya itu terbilang lebih sederhana dibandingkan anggota senior LDP lainnya, banyak di antaranya lulus dari universitas elit seperti Universitas Tokyo dan Harvard Kennedy School.

Baca Juga: Siapa Tony Blair? Mendadak Ditunjuk Jadi Pemimpin Transisi Gaza

Meski demikian, Takaichi paling dikenal sebagai anak didik mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe.

Ia menjabat dalam beberapa periode kabinetnya dan di kabinet mantan Perdana Menteri Fumio Kishida.

Sanae Takaichi memulai karier politiknya pada 1990-an sebagai anggota Partai Demokrat Liberal (LDP) yang telah lama berkuasa.

Mengidolakan Margaret Thatcer

Dalam pandangan politik, Takaichi dikenal sebagai figur konservatif kuat yang mengidolakan Margaret Thatcher, bahkan media Jepang menjulukinya sebagai “Wanita Besi Jepang.”

Sebagai pengagum Thatcher, Takaichi kerap menampilkan ketegasan serupa, namun dengan pendekatan khas Jepang.

Pandangan Politik

Dalam ekonomi, ia mendukung kebijakan “Abenomics”, yang menekankan ekspansi fiskal, pelonggaran moneter, dan reformasi struktural.

Dalam isu-isu sosial, ia menentang pernikahan sesama jenis, mengambil sikap yang lebih tegas terhadap imigrasi, dan meyakini bahwa suksesi kekaisaran seharusnya tetap mengutamakan laki-laki.

Perdana Menteri Jepang perempuan pertama, Sanae Takaichi (Instagram/takaichi_sanae)
Perdana Menteri Jepang perempuan pertama, Sanae Takaichi (Instagram/takaichi_sanae)

Ia juga dikenal sebagai “China hawk” karena sikap kerasnya terhadap Beijing, serta dukungannya terhadap militer yang lebih kuat dan status quo di Selat Taiwan.

Kontroversi

Sikap politik yang diambil Takaichi tak jarang memicu kontroversi, termasuk ketika ia mengunjungi Kuil Yasukuni, yang menghormati korban perang Jepang sekaligus penjahat perang Perang Dunia II.

Kemenangannya membawa sinyal bahwa Jepang akan melanjutkan pemerintahan konservatif dengan kecenderungan lebih ke kanan.

Tantangan

Jalan Takaichi menuju puncak tidaklah mudah. Ia menjadi perdana menteri keempat Jepang dalam lima tahun terakhir, mengambil alih kekuasaan dari posisi partai yang rapuh.

LDP kehilangan mayoritas di kedua majelis legislatif dan baru-baru ini membentuk aliansi baru dengan Partai Inovasi Jepang setelah koalisinya dengan partai Komeito runtuh akibat skandal sumbangan kampanye.

Sebagai pemimpin baru, Takaichi menghadapi berbagai tantangan: krisis biaya hidup, dampak perang dagang Presiden AS Donald Trump, serta ketegangan keamanan dengan Tiongkok dan Korea Utara.

Ia juga harus memulihkan kepercayaan publik pasca-skandal korupsi yang mengguncang partainya.

Meski banyak tantangan menanti, perjalanan Takaichi dari putri seorang polisi dan pekerja pabrik mobil hingga menjadi perdana menteri menunjukkan tekad luar biasa.

Ia meniru idola politiknya, Margaret Thatcher, namun tetap membawa nuansa Jepang dalam kepemimpinannya yang kuat dan penuh perhitungan.

Kontributor : Rizka Utami

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI