- Refly menyebut Anies merupakan kandidat yang paling pantas untuk menggantikan Gibran.
- Namun syarat untuk Anies masuk ke dalam pemerintahan Prabowo tidaklah ringan, ia tidak dapat maju di tahun 2029.
- Menurutnya syarat untuk Anies masuk ke dalam pemerintahan Prabowo tidaklah ringan, ia tidak dapat maju di tahun 2029.
Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, mengungkap wacana mengenai figur yang berpotensi menggantikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dalam skenario dengan konteks impeachment Gibran.
Melalui diskusi di kanal YouTube-nya, Refly Harun, ia mengutip pandangan Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD yang menyebut tiga nama kandidat yang dianggap berpotensi menggantikan Wakil Presiden Gibran.
“Saya berpikir misalnya konteksnya adalah impeachment Gibran. Pertanyaannya adalah siapa yang akan menggantikan Gibran?,” ujar Refly, Senin (27/10/2025).
Adapun ketiga kandidat tersebut adalah Ketua DPR RI, Puan Maharani, Mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Di antara ketiga kandidat ini, menurut Refly, Anies merupakan kandidat yang paling pantas untuk menggantikan Gibran.
Ia memandang Anies merupakan figur yang memiliki kapabilitas secara teknis mumpuni, workable, dan bahkan mampu menjalankan tugas-tugas internasional.
Namun, syarat untuk Anies masuk ke dalam pemerintahan Prabowo tidaklah ringan, ia tidak dapat maju di tahun 2029.
“Anies itu teknis bisa, workable, dikirim ke luar negeri bisa, semuanya bisa. Tapi ada syaratnya, dia tidak boleh maju di 2029,” ujarnya, Senin (27/10/2025).
Lebih jauh, diskusi kemudian bergeser pada figur alternatif lain yang dirasa memiliki peluang untuk menggantikan posisi Gibran. Dengan kriteria dapat diterima seluruh fraksi politik.
Baca Juga: Gibran Minta Ponpes Cetak Santri jadi Ahli AI hingga Robotik: Kita Harus Berani Lakukan Lompatan
“Seorang teman bicara tentang konstelasi politik. Siapa tokoh yang acceptable bisa diterima saat ini? Kanan kiri oke, walaupun tidak sempurna,” ucap Refly, menggambarkan kriteria figur penengah yang dibutuhkan.
Ia juga menambahkan bahwa Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto, membutuhkan figur yang cocok dengannya dan secara teknis memiliki kapabilitas untuk mewakili Prabowo. Dalam konteks inilah, kemudian sebuah inisial nama muncul.
“Tapi paling tidak bisa diterima, muncul ‘Mr. D’, sebagai alternatif. Dia bisa bekerja dan delivered dan dia bisa menuntaskan kerjaan-kerjaan itu,” ungkap Refly, merujuk pada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Sufmi Dasco Ahmad.
Meskipun Refly menyoroti kelemahan Dasco dalam politik luar negeri, menurutnya, hal ini dapat diatasi dengan pembagian tugas dimana Dasco mengelola tugas di dalam negeri dan Prabowo mengambil peran dalam diplomasi luar negeri.
“Barangkali kelemahan Dasco nanti cuman di politik luar negeri, kalau seandainya misalnya dia (Prabowo) membutuhkan orang yang kuat di internasional. Tapi dia bisa pembagian tugas, Mr. D di dalam negeri, dia (Prabowo) yang keluar ke mana-mana,” tambah Refly.
Reporter : Nur Saylil Inayah